David Ausubel. Mencar Ilmu Bermakna
David Ausubel yakni hebat psikologi pendidikan. Inilah yang membedakan Ausubel dengan teoretikus-teoretikus lainnya, khususnya hebat psikologi, yang teori-teorinya diterjemahkan dari dunia psikologi ke dalam penerapan pendidikan. Ausubel memberi pementingan pada berguru bermakna.
Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel, berguru sanggup diklasifikasikan dalam dua dimensi, menyerupai yang dinyatakan oleh gambar di bawah. Dimensi pertama bekerjasama dengan cara gosip atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa sanggup mengaitkan gosip itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, gosip sanggup dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan gosip itu dalam bentuk tamat ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan gosip itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu sanggup juga hanya mencoba-coba menghafalkan gosip gres itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna tidak mengatakan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum. Kedua kontinum itu diperhatikan pada Gambar 8.2.
Sepanjang kontinum (mendatar) terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya berguru penerimaan dan bertambahnya berguru penemuan, sedangkan sepanjang kontinum (vertikal) terdapat dari bawah ke atas berkurangnya berguru hafalan dan bertambahnya berguru bermakna.
Ausubel menyatakan bahwa banyak hebat pendidikan menyamakan berguru penerimaan dengan berguru hafalan lantaran mereka beropini bahwa berguru bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Namun bila memperhatikan gambar di atas, sanggup dilihat bahwa berguru penerimaan pun sanggup dibentuk bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan relasi antara konsep-konsep. Sementara itu, berguru inovasi rendah kebermaknaannya dan merupakan berguru hafalan bila memecahkan suatu duduk kasus dilakukan hanya dengan coba-coba, menyerupai menebak suatu teka-teki. Belajar inovasi yang bermakna sekali hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.
Belajar Bermakna
Inti teori Ausubel wacana berguru ialah berguru bermakna (Ausubel, 1968). Bagi Ausubel, berguru bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya gosip gres pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui prosedur biologi wacana memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa gosip disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam menyimpan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan gosip yang menyerupai dengan gosip yang sedang dipelajari. Gambar di bawah ini mengatakan bagaimana terkaitnya gosip gres pada susunan sel dalam otak.
Dasar-dasar biologi berguru bermakna menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri neuron yang berpartisipasi dalam berguru bermakna. Peristiwa psikologi wacana berguru bermakna menyangkut asimilasi gosip gres pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam berguru bermakna, gosip gres diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Belajar bermakna yang gres menjadikan pertumbuhan dan modifikasi subsumer-subsumer yang telah ada itu. Bergantung pada sejarah pengalaman seseorang, subsumer itu sanggup relatif besar dan berkembang menyerupai subsumer A atau kurang berkembang menyerupai subsumer B dan C.
Dalam berguru bermakna, gosip gres a, b, c dikaitkan pada konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif (subsumer) A, B, C. Subsumer A mengalami diferensiasi lebih banyak daripada subsumer B atau C.
Dari Mana Datangnya Subsumer?
Bila menginginkan berguru bermakna menyerupai yang dikemukakan oleh Ausubel dan bila berguru bermakna memerlukan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif yang disebut subsumer itu; mungkin timbul pertanyaan: “Dari mana datangnya subsumer itu?”
Pada anak-anak, pembentukan konsep merupakan proses utama untuk memperoleh konsep-konsep. Telah kita ketahui bahwa pembentukan konsep yakni semacam berguru inovasi yang menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian hipotesis maupun pembentukan generalisasi hal-hal yang khusus.
Waktu usia masuk sekolah tiba, kebanyakan anak telah memiliki kerangka konsep yang mengizinkan terjadinya berguru bermakna.
Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, gosip gres dipelajari secara hafalan. Bila tidak ada perjuangan yang dilakukan untuk mengasimilasi pengetahuan gres pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi berguru hafalan. Pada kenyataannya, guru dan bahan-bahan pelajaran sangat jarang menolong para siswa dalam memilih dan memakai konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan balasannya pada para siswa hanya terjadi berguru hafalan. Lagi pula sistem penilaian di sekolah menghendaki hafalan. Makara timbul pikiran pada para siswa untuk apa bersusah payah secara bermakna? Kerap kali siswa-siswa diminta, untuk mengemukakan prinsip-prinsip yang bergotong-royong tidak mengerti apa yang mereka katakan.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. David Ausubel. Biografi Psikolog
2. Teori Belajar dari Ausubel
3. David Ausubel. Subsumsi-subsumsi Obliteratif
4. David Ausubel. Variabel yang Mempengaruhi Penerimaan Bermakna
Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel, berguru sanggup diklasifikasikan dalam dua dimensi, menyerupai yang dinyatakan oleh gambar di bawah. Dimensi pertama bekerjasama dengan cara gosip atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa sanggup mengaitkan gosip itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, gosip sanggup dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan gosip itu dalam bentuk tamat ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan gosip itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu sanggup juga hanya mencoba-coba menghafalkan gosip gres itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna tidak mengatakan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum. Kedua kontinum itu diperhatikan pada Gambar 8.2.
Sepanjang kontinum (mendatar) terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya berguru penerimaan dan bertambahnya berguru penemuan, sedangkan sepanjang kontinum (vertikal) terdapat dari bawah ke atas berkurangnya berguru hafalan dan bertambahnya berguru bermakna.
Ausubel menyatakan bahwa banyak hebat pendidikan menyamakan berguru penerimaan dengan berguru hafalan lantaran mereka beropini bahwa berguru bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Namun bila memperhatikan gambar di atas, sanggup dilihat bahwa berguru penerimaan pun sanggup dibentuk bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan relasi antara konsep-konsep. Sementara itu, berguru inovasi rendah kebermaknaannya dan merupakan berguru hafalan bila memecahkan suatu duduk kasus dilakukan hanya dengan coba-coba, menyerupai menebak suatu teka-teki. Belajar inovasi yang bermakna sekali hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.
Belajar Bermakna
Inti teori Ausubel wacana berguru ialah berguru bermakna (Ausubel, 1968). Bagi Ausubel, berguru bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya gosip gres pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui prosedur biologi wacana memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa gosip disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam menyimpan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan gosip yang menyerupai dengan gosip yang sedang dipelajari. Gambar di bawah ini mengatakan bagaimana terkaitnya gosip gres pada susunan sel dalam otak.
Dasar-dasar biologi berguru bermakna menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri neuron yang berpartisipasi dalam berguru bermakna. Peristiwa psikologi wacana berguru bermakna menyangkut asimilasi gosip gres pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam berguru bermakna, gosip gres diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Belajar bermakna yang gres menjadikan pertumbuhan dan modifikasi subsumer-subsumer yang telah ada itu. Bergantung pada sejarah pengalaman seseorang, subsumer itu sanggup relatif besar dan berkembang menyerupai subsumer A atau kurang berkembang menyerupai subsumer B dan C.
Dalam berguru bermakna, gosip gres a, b, c dikaitkan pada konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif (subsumer) A, B, C. Subsumer A mengalami diferensiasi lebih banyak daripada subsumer B atau C.
Dari Mana Datangnya Subsumer?
Bila menginginkan berguru bermakna menyerupai yang dikemukakan oleh Ausubel dan bila berguru bermakna memerlukan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif yang disebut subsumer itu; mungkin timbul pertanyaan: “Dari mana datangnya subsumer itu?”
Pada anak-anak, pembentukan konsep merupakan proses utama untuk memperoleh konsep-konsep. Telah kita ketahui bahwa pembentukan konsep yakni semacam berguru inovasi yang menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian hipotesis maupun pembentukan generalisasi hal-hal yang khusus.
Waktu usia masuk sekolah tiba, kebanyakan anak telah memiliki kerangka konsep yang mengizinkan terjadinya berguru bermakna.
Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, gosip gres dipelajari secara hafalan. Bila tidak ada perjuangan yang dilakukan untuk mengasimilasi pengetahuan gres pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi berguru hafalan. Pada kenyataannya, guru dan bahan-bahan pelajaran sangat jarang menolong para siswa dalam memilih dan memakai konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan balasannya pada para siswa hanya terjadi berguru hafalan. Lagi pula sistem penilaian di sekolah menghendaki hafalan. Makara timbul pikiran pada para siswa untuk apa bersusah payah secara bermakna? Kerap kali siswa-siswa diminta, untuk mengemukakan prinsip-prinsip yang bergotong-royong tidak mengerti apa yang mereka katakan.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. David Ausubel. Biografi Psikolog
2. Teori Belajar dari Ausubel
3. David Ausubel. Subsumsi-subsumsi Obliteratif
4. David Ausubel. Variabel yang Mempengaruhi Penerimaan Bermakna
Belum ada Komentar untuk "David Ausubel. Mencar Ilmu Bermakna"
Posting Komentar