Augustinus. Keutamaan Dan Rahmat

Meskipun dinamika batin insan terarah kepada Allah dan hukum-Nya, dan meskipun insan berkehendak bebas, kehendak insan dari dalam diperlemah oleh daya tarik Nafsu-nafsu Rendah (concupiscentia).

Bahwa kehendak baik terancam oleh nafsu-nafsu rendah merupakan pengalaman manusia. Dalam segala budaya dan semua goresan pena mengenai cara hidup yang benar, kenyataan ini akan ditanggapi. Hanya dengan mengalahkan nafsu-nafsu rendah, insan sanggup menyebarkan diri, sanggup mencapai identitasnya yang sepenuhnya, sanggup merasa bangga dan menikmati kebahagiaan yang sejati.

Hanya apabila insan tidak dikuasai oleh nafsu-nafsu rendah itu, dia sanggup berkenan di hadapan Allah. Karena itu, dalam semua budaya aliran wacana hidup yang baik juga memuat petunjuk wacana bagaimana mengalahkan nafsu-nafsu rendah itu. Augustinus sendiri dalam hal ini sangat terpengaruh oleh aliran Neoplatoisme wacana katharsis, pencucian diri, yang harus mendahului perjuangan untuk menyatu dengan Yang Ilahi.

Augustinus amat sadar akan daya tarik concupiscentia itu. Ia mengalaminya sendiri. Bertahun-tahun dia hidup bersama seorang perempuan yang melahirkan kepadanya seorang anak yang diberi nama Deodatus, secara harfiah berarti “yang diberikan oleh Allah”. Sesudah Augustinus bertobat dan dibaptis sebagai seorang Kristen, dia membebaskan diri dari “nafsu daging”, tetapi selam seluruh hidup dia merasa berdosa alasannya korelasi yang tidak resmi itu. Augustinus menjelaskan adanya nafsu-nafsu rendah yang sepertinya bertentangan dengan kehendak Allah Pencipta sebagai jawaban dosa insan pertama, Adam, sesuai dengan iktikad kepercayaan Israel dan Kristiani. Dosa itulah yang melemahkan kodrat insan yang sebelumnya utuh dan kokoh sehingga roh kalah berpengaruh dengan “daging” dan kehendak rohani kalah terhadap daya tarik nafsu rendah. Manusia pascadosa asal itu berdasarkan Augustinus tidak utuh dan tidak berdaulat atas diri lagi; dia rusak dan lemah.

Karena itu, insan sendiri berdasarkan Augustinus tidak sanggup menyelamatkan diri dari nafsu-nafsu rendah itu. Kehendaknya sudah terlalu lemah. Ia hanya sanggup selamat alasannya Rahmat atau belas kasih Allah. Hanya alasannya rahmat Allah mendukung dan menyembuhkan dari dalam, insan sanggup mengatasi daya tarik nafsu-nafsu ke bawah.

Keutamaan dalam paham Augustinus ialah kemantapan kehendak insan dalam sikap-sikap baik, jadi kebebasan kehendak dari keterikatan pada concupiscentia. Orang yang mempunyai keutamaan-keutamaan budpekerti tidak lagi mengikuti nafsu-nafsu rendah itu. Dari pengandaian teoretis-teologis Augustinus terang bahwa keutamaan itu hanya sanggup berkembang alasannya rahmat Allah, bukan alasannya kekuatan insan sendiri.

Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta


Download

Baca Juga
1. Augustinus. Sekilas Biografi 
2. Augustinus. Kebahagiaan dan Transendensi
3. Augustinus. Menyatunya Nilai Objektif dan Subjektif Tertinggi
4. Augustinus. Hukum Ilahi dan Dinamika Batin Manusia
5. Augustinus. Tekanan pada Kehendak
6. Augustinus. Komunitas Allah, Komunitas Dunia

Belum ada Komentar untuk "Augustinus. Keutamaan Dan Rahmat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel