Aaron Beck. Cognitive-Behavior Therapy (Cbt)

1. Pengertian cognitive-behavior therapy
CBT merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi, ialah terapi kognitif (cognitive therapy) dan sikap (behavior therapy). Terapi kognitif memusatkan perhatian pada pikiran, asumsi, dan kepercayaan klien semoga ia mengenali dan mengubah kesalahan-kesalahannya. Terapi kognitif tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi juga happy thinking. Sementara itu, terapi sikap ditujukan semoga klien berguru mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan badan sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas, serta membantu membuat keputusan yang tepat.


Pikiran, perilaku, serta perasaan negatif sanggup membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, menyerupai depresi, trauma, serta gangguan kecemasan. Perasaan negatif intinya diciptakan oleh pikiran dan sikap yang disfungsional. Oleh alasannya itu, pikiran dan sikap disfungsional harus direkonstruksi sehingga sanggup kembali berfungsi secara normal. Itulah tujuan fundamental dari CBT.

Teori kognitif-behavior Beck intinya meyakini bahwa contoh pikir insan terbentuk melalui proses stimulus-kognisi-respons (SKR) yang saling berkaitan. Proses tersebut membentuk semacam jaringan SKR di dalam otak manusia. Dalam hal ini, proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana insan berpikir, merasa, dan bertindak. Oleh lantaran itu, CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berpikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan kiprah otak dalam menganalisis, memutuskan, bertanya, bertindak, serta menegaskan keputusan. Dengan mengubah status pikiran dan perasaan, konselor diperlukan sanggup mengubah tingkah laris klien dari negatif menjadi positif. Dengan demikian, CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental.

2. Prinsip-prinsip dasar CBT
Secara teoretis, CBT mempunyai beberapa prinsip dasar yang diungkapkan oleh Beck. Dari prinsip-prinsip dasar ini, konselor sanggup secara pribadi memikirkan taktik dan teknik konseling. Setiap konselor sanggup menerapkan taktik dan teknik konseling secara berbeda. Namun demikian, taktik dan teknik konseling harus didasarkan pada prinsip dasar psikoterapi yang dalam hal ini berupa CBT. Berikut prinsip-prinsip dasar CBT.
a. CBT didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari permasalahan klien dan konseptualisasi kognitif konselor. Artinya, konseling CBT dilakukan dengan cara mengevaluasi serta memperbaiki konseling klien secara terus menerus hingga klien sanggup berpikir, merasa, dan bertindak secara lebih positif.
b. CBT didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan klien terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi, konselor di sini harus hangat, empati, serta peduli terhadap permasalahan klien. Dengan demikian, ia mempunyai pemahaman yang sama terhadap permasalahan klien.
c. CBT memerlukan kerja sama dan partisipasi aktif antara konselor dan klien. Konselor harus menempatkan klien sebagai anggota tim dalam konseling. Artinya, semua keputusan yang diambil konselor harus disepakati oleh klien. Melalui cara ini, klien akan lebih aktif dalam mengikuti setiap sesi konseling. Sebab, konselor mengetahui hal-hal yang harus dilakukan pada setiap sesi konseling.
d. CBT berorientasi pada tujuan dan fokus terhadap permasalahan. Setiap sesi konseling selalu dilakukan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Melalui penilaian diperlukan adanya respons dari klien terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tujuannya.
e. CBT memusatkan perhatian pada insiden ketika ini. Konseling dimulai dari analisis permasalahan klien pada ketika ini di kawasan tersebut (here and now). Maksudnya, konselor harus memerhatikan keadaan ketika klien sedang mengungkapkan sumber kekuatan dalam melaksanakan kesalahan serta ketika terjebak dalam proses berpikir menyimpang, yakni keyakinan di masa kemudian yang berpotensi mengubah kepercayaan dan tingkah lakunya.
f. Pada hakikatnya, CBT merupakan sebuah edukasi. Terapi ini bertujuan mengajarkan klien untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri serta menekankan pencegahan. Sesi pertama CBT mengarahkan klien untuk mempelajari sifat dan permasalahan yang dihadapinya. Konselor membantu menetapkan tujuan klien, mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berpikir serta keyakinan konselor, kemudian merencanakan model training untuk mengubah tingkah laku.
g. CBT berlangsung dalam waktu yang terbatas. Pada kasus-kasus tertentu, konseling membutuhkan sekitar 6-14 sesi pertemuan. Agar proses konseling tidak memakan waktu yang panjang, konselor secara kontinu diperlukan sanggup membantu dan melatih klien untuk melaksanakan self-help.


h. CBT harus terstruktur. Dalam hal ini, struktur CBT terdiri dari tiga penggalan konseling. Pertama, penggalan awal, yakni mencermati perasaan dan emosi klien, menganalisis insiden yang terjadi dalam satu ahad ke belakang, kemudian menetapkan kegiatan untuk setiap sesi konseling. Kedua, penggalan tengah, ialah meninjau pelaksanaan kiprah rumah (homework assignment) klien, membahas permasalahan yang muncul dari setiap sesi sebelumnya, serta merancang pekerjaan rumah gres yang akan diberikan. Ketiga, penggalan akhir, ialah melaksanakan umpan balik terhadap perkembangan dari setiap sesi konseling.
i. CBT mengajarkan klien untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, serta menanggapi pedoman dan keyakinan disfungsionalnya. Konselor kemudian membantu klien menunjukkan perspektif yang sanggup mengarahkannya untuk meninggalkan pikiran negatifnya. Dengan demikian, di tamat sesi konseling, klien merasa lebih baik secara emosional dan tingkah laku. Untuk itu, konselor harus cerdas dalam membuat eksperimen perilaku. Klien dilatih membuat pengalaman barunya dengan cara menguji pemikirannya. Misalnya, jikalau melihat gambar laba-laba maka saya akan merasa sangat cemas. Namun, saya niscaya sanggup menghilangkan perasaan cemas tersebut dan sanggup melaluinya dengan baik. Dengan cara ini, klien terlibat dalam eksperimen kolaboratif. Konselor dan klien bahu-membahu menguji pedoman untuk membuatkan respons yang lebih bermanfaat dan akurat.
j. CBT memakai aneka macam teknik untuk mengubah pikiran, perasaan, serta tingkah laris klien, contohnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses konseling, CBT tidak mempermasalahkan apakah konselor memakai teknik-teknik dalam terapi lain, menyerupai gestalt, psikodinamika, atau psikoanalisis. CBT lebih menekankan semoga teknik apa pun yang dipakai sanggup membantu proses konseling menjadi lebih singkat sekaligus memudahkan klien.

Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
Aaron Beck. Biografi Psikolog

Belum ada Komentar untuk "Aaron Beck. Cognitive-Behavior Therapy (Cbt)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel