Sumber Aturan Forum Ekonomi Syariah - Ayo Berguru
Pengertian Sumber, Hukum dan Sunnah.
Secara etimologi (bahasa) sumber berarti asal dari segala sesuatu atau daerah merujuk sesuatu. Adapun secara terminologi ( istilah ) dalam ilmu ushul, sumber diartikan sebagai tumpuan yang pokok atau utama dalam memutuskan aturan Islam, yaitu berupa Alquran dan Al-Sunnah.
Sedangkan aturan oleh para andal ushul didefenisikan sebagai berikut:
خطاب الله المتعلق بافعال المكلفين طلبا او تخييرا او وضعا
Perintah / firman Allah Swt yang bekerjasama dengan perbuatan mukallaf, baik berupa tuntutan (perintah dan larangan), atau pilihan (kebolehan) atau wadh'i (menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat dan penghalang bagi seseatu hukum)[1]
Dari definisi di atas menunjukan, bahwa yang memutuskan aturan itu ialah Allah Swt. Hanya Allah hakim yang maha tinggi dan maha kuasa. Rasulullah penyampai hukum-hukum Allah kepada manusia. Oleh lantaran Allah yang memutuskan hukum, maka sumber aturan yang pertama dan paling utama ialah wahyu Allah yaitu Alquran, kemudian sunnah Rasul sebagai sumber aturan yang ke dua, dan sumber aturan yang ke tiga ialah Ijtihad.
Sebagaimana telah disampaikan pada pendahuluan makalah ini hanya akan dibatasi pada pembahasan wacana sumber aturan keuangan syari’ah dalam as-Sunnah. Lalu pengertian Sunnah itu sendiri ialah as-Sunnah secara bahasa berarti cara yang dibiasakan atau cara yang terpuji. Sunnah lebih umum disebut hadits, yang mempunyai beberapa arti:قريب = dekat, جديد = baru, خبر = berita. Dari arti-arti di atas maka yang sesuai untuk pembahasan ini ialah hadits dalam arti khabar, menyerupai dalam firman Allah dalam Qs. At-Thuur : 34
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Alquran itu bila mereka orang-orang yang benar.
Secara Istilah berdasarkan ulama ushul fiqh :
ماصدر عن النبي غير القرأن من قول او فعل او تقرير
Semua yang bersumber dari Nabi saw. selain Alqur'an baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Adapun hadits-hadits Rosulullah yang memerintahkan untuk berdalil berdasarkan as-Sunnah antara lain:
قال النبي : الا و اني اوتيت القران ومتلة معه {روه ابو داود و الترمدي}
Nabi saw. bersabda : ingatlah bergotong-royong telah didatangkan kepadaku Alqur'an dan yang tampaknya bersama Alqur'an. (Yaitu telah diberikan kepadaku yang tampaknya berupa Al-Sunnah) {HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi}
قال النبي : عليكم بسنتي وسنة خلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنوجد {رواه احمد}
Hendaklah kau berpegang teguh kepada Sunnahku, sunnah khulafau' al-Rasyidin yang pada menerima petunjuk , gigitlah sunnah dengan taring. {HR.Ahmad}
2. Hadits-Hadits yang dijadikan Sumber Hukum Lembaga Keuangan Syariah.
a. Hadits wacana Mudharabah
Mudahrabah ialah salah satu prinsip yang digunakan dalam janji transaksi produk yang ada di forum keuangan syariah. Mudharabah ialah janji kerjasama perjuangan antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan perjuangan secara mudharabah dibagi berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan bila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akhir kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan lantaran kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.[2] Adapun hadits-hadits yang dijadikan sumber aturan dalam transaksi ini sebagai berikut.
كان شيدنا العباس بن عبد المطالب ادا د فع المال مضاربة اشترط على صاحبه
الا يسلك به بحرا، ولاينزل به واديا ، ولايشتري به دابة دات كبد رطبة، فان فعل
د لك ضمن ، فبلغ شرطه رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم فأجازه
{رواه الطبراني في الأوسط عن ابن عباس}
Abbas bin Abdul Muthallib bila menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya biar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli binatang ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, ia membenarkannya. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).[3]
ان النبي صلى الله وآله وسلم قال : ثلاث فيهن البركة، البيع الى اجل ، والمقارضة،
وخلط البربالشعير للبيت لا للبيع {رواه ابن ماجح عن صهيب}
Nabi bersabda, Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).[4]
الصلح جائز بين المسلمين الا صلحا حرم حلالا او احل حراما {رواه الترمدي
عن عمرو بن عوف}
Perdamaian sanggup dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; ... (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).[5]
Dari ketiga hadits ini maka jelaslah oleh kita bahwa produk dengan sistem mudharabah yang ada dalam forum keuangan syariah diperbolehkan berdasarkan syari’ah. Realita yang ada banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam perjuangan memproduktifkannya; sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak mempunyai harta namun ia mempunyai kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh lantaran itu, diharapkan adanya kerjasama di antara kedua pihak tersebut. Dan tentunya baik shahibul mal dan mudharib ada janji yang terperinci yang tidak melanggar prinsip-prinsip akad.
b. Hadits wacana Ijarah
Al-Ijarah ialah janji pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.[6] Aplikasi produk al-Ijarah sanggup dalam bentuk leasing, baik dalam bentuk operating lease maupuun financial lease. Akan tetapi pada umumnya bank/lembaga keuangan syariah lebih banyak memakai al-ijarah al-muntahia bit-tamlik lantaran lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain igtu forum juga tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada dikala leasing maupun sesudahnya.
Hadits-hadits yang diambil sebagai sumber aturan produk ini diantaranya hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
اعطوا الأجير اجره قبل ان يجف عرقه
Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering[7].
Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
من استأجر اجيرا فليعلمه اجره
Barang siapa mempekerjakan seorang pekerja, maka hendaknya ia memberitahukan kadar upahnya kepada pekerja tersebut.{HR. Abd.al-Razzaq}[8]
Dari kedua hadits ini terperinci oleh kita bahwa ujrah/imbalan/upah ialah hal yang wajib dipenuhi.
c. Hadits wacana Wakalah
Wakalah atau wakilah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pertolongan mandat. Akan tetapi yang dimaksud dengan wakalah dalam pembahasan makalah ini ialah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.[9] Hadits yang dijadikan sebagai sebagai sumber aturan produk ini antara lain:
ان رجلا اتى النبي صلى اللهم عليه وسلم يتقاضاه فاغلظ فهم به اصحابه فقال رسول الله
صلى اللهم عليه وآله وسلم : دعوه ، فان لصاحب الحق مقالا، ثم قال : اعطوه سنا مثل سنه .
قالوا : يارسول الله لا تجد الا امسل من سنه. فقال اعطوه ، فان من خيركم احسنكم قضاء
{رواه البخاري عن ابي هريرة}
Seorang pria tiba kepada Nabi SAW untuk menagih hutang kepada ia dengan cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk “menanganinya”. Beliau bersabda, ‘Biarkan ia, lantaran pemilik hak berhak untuk berbicara;’ kemudian sabdanya, ‘Berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta umur setahun menyerupai untanya (yang dihutang itu)’. Mereka menjawab, ‘Kami tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua.’ Rasulullah kemudian bersabda: ‘Berikanlah kepada-nya. Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian ialah orang yang paling baik di dalam membayar. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).[10]
Mencermati hadits diatas ada yang beropini atas kebolehkan wakalah, bahkan memandangnya sebagai sunnah, lantaran hal itu termasuk jenis ta’awun (tolong-menolong) atas dasar kebaikan dan taqwa, yang oleh al-Qur'an dan hadits.
d. Hadits wacana Kafalah
Al-Kafalah ialah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.[11] Diantara hadits yang dijadikan dasar adalah:
عن سلمه بن الاكوع ان النبي صلى الله عليه و آله وسلم اتي بجنازة ليصلي عليها ،
فقال هل عليه من دين ؟ قالوا : لا، فصلى عليه ، ثم اتي بجنازة اخرى ، فقال هل عليه
من دين؟ قالوا : نعم ، قال: صلوا على صاحبكم قال ابو قتاده : علي دينه يا رسول الله ،
فصلى عليه
Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW mayit seorang pria untuk disalatkan. Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka, ia mensalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi mayit lain, Rasulullah pun bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab, ‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Salatkanlah temanmu itu’ (beliau sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, ‘Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan mayit tersebut. (HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa’).[12]
والله في عون العبد ما كاب العبد في عون أخيه
Allah menolong hamba selama hamba menolong saudaranya.
e. Hadits wacana Musyarokah dan Murabahah
Al-Musyarokah ialah janji kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu perjuangan tertentu dimana masing-masing pihak menawarkan bantuan dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa laba dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.[13] Sedangkan murabahah ialah jual beli barang pada harga asal dengan komplemen laba yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan memilih suatu tingkat laba sebagai tambahannya.[14] Untuk dilema murabahah dan musyarokah konsep yang digunakan ialah kaidah umum yang berpijakan pada:
لاضرر ولاضرار
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan dihentikan pula membahayakan orang lain.
عن ابي هريرة رفعه قال اب الله يقول انا ثالث الشريكيب مالم يخن احدهما صاحبه
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa jalla berfirman, Aku Pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya. (HR. Abu Daud no.2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim)[15]
Dari dasar aturan diatas terperinci sekali oleh kita bahwa musyarokah dan murabahah ialah produk yang sisepakati kebolehannya dalam forum keuangan syariah.
f. Hadits wacana Qardh
Tidak diperselisihkan lagi di kalangan kaum muslimin wacana kebolehan qiradh. Mereka juga sepakat bahwa bentuk qiradh ialah bila seseorang menyerahkan harta kepada orang lain untuk digunakan dalam perjuangan perdagangan, dimana pihak yang bekerja (yang diserahi uang) berhak memperoleh sebagian tertentu dari laba harta itu.[16] Sedangkan Al-Qardh yang dimaksud dalam makalah ini ialah pertolongan harta kepada orang lain yang sanggup ditagih atau dimintai kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau janji saling membantu dan bukan transaksi komersial.[17]
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama’ berdasarkan pada hadits-hadits berikut:
عن ابن مسعود ان النبي صلى الله عليه وسلم قال ما من مسلم يقرض مسلما قرضا
مرتين الا كان كصدقتها مرة
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Berkata, bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya ialah (senilai) sedekah. (HR. Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)[18]
من فرخ عن مسلم كربة من كرن الدنيا ، فرج الله عنه كربة من كرب يوم القيامة ،
والله في عون العبد مادام العبد في عوني اخيه {رواه مسلم}
Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya. (HR. Muslim).[19]
مطل الغني ظلم ... {رواه الجماعة}
Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang bisa ialah suatu kezaliman…” (HR. Jama’ah).[20]
لي الواجد يحل عرضه وعقوبته {رواه النسائي وابوداود و ابن ماجه واحمد}
Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang bisa menghalalkan harga diri dan menawarkan hukuman kepadanya” (HR. Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad).[21]
ان خيركم احسنكم قضاء {رواه البخاري}
Orang yang terbaik di antara kau ialah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya” (HR. Bukhari).[22]
g. Hadits wacana Wadi’ah (Titipan)
Sumber dana dalam sistem forum keuangan syariah merupakan hal yang esensial yang harus terpenuhi dan terpolakan. Salah satu sumber itu ialah Wadi’ah, yaitu simpanan dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit), tetapi tidak memperoleh imbalan atau keuntungan.[23] Sehingga bila kita sederhanakan pengertian wadi’ah ini ialah titipan. Hadits riwayat Abu Dawud dan al-Tirmidzi ini merupakan salah satu dasar di bolehkannya wadi’ah.
ادالأمانة الى من ائتمنك ولاتخن من خانك {رواه ابو داود و الترمدي، وقال حديث حسن}
Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan jangan kau mengkhianati orang yang mengkhianatimu (HR. Abu Daud dan turmudzi, Hadits ini dinyatakan Hasan)[24]
DAFTAR PUSTAKA
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:02/DSN-MUI/IV/2000 wacana Tabungan.
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:09/DSN-MUI/IV/2000 wacana Pembiayaan Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:10/DSN-MUI/IV/2000 wacana Wakalah
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:11/DSN-MUI/IV/2000 wacana Kafalah
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:36/DSN-MUI/X/2002 wacana Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:19/DSN-MUI/IV/2001 wacana al-Qardh
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (Tarjamah), Semarang: As-Syifa, 1990
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah, dalam Pusaran Perekonomian Global sebuah Tuntutan dan Realitas, Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009
Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih, Bandung: PT. Al Ma’arif, 1973
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani &Tazkia cendikia, 2001
Suharto, Hukum Islam wacana Perjanjian Kerja, Lampung: Fakta Press IAIN Raden Intan, 2009
Belum ada Komentar untuk "Sumber Aturan Forum Ekonomi Syariah - Ayo Berguru"
Posting Komentar