Perkembangan Islam Di Sumatra Dalam Perkembangannya Di Indonesia
Perkembangan Islam Di Sumatra Dalam Perkembangannya Di Indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan Islam di Nusantara sangat ditentukan oleh tugas para mublig. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk hubungan para mubalig dengan masyarakat lewat proses yang disebut dakwah. melaluiataubersamaini aneka macam ragam metode dakwah yang dilakukan oleh para mubalig, maka tersebarlah Islam ke aneka macam wilayah di Indonesia.
Perkembangan Islam di Sumatra
Islam kali pertama hadir di bumi Nusantara, yaitu di Pulau Sumatra pada era VII Masehi. Daerah yang penduduknya mula-mula memeluk Islam ialah Perlak (Aceh Timur). Negeri Perlak terletak di wilayah yang strategis berhadapan dengan Selat Malaka yang bebas dan efek Hindu-Buddha. Kerajaan Islam pertama berdiri di Penlak antara 255-361 H atau 840-972 M. Kerajaan Islam Perlak berumur 136 tahun diperintah oleh 8 orang sultan. Kekuasaaimya dimulai dan masa Sultan Marhum Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah Dhailalullah Fil Alam dan diakhiri oleh Raja Marhum Alaidin Sayid Mahmud Syah Dhilalullah Fil Alam.
Kerajaan Perlak mengenal dua kelompok dan fase kekuasaan. Fase pertama, Perlak dipimpin dinasti Sayid atau Aziziyah, penhadir Persia yang menetap di Perlak. Pusat pemerintahan berada di Bandar Khalifah di Perlak. Fase kedua, kerajaan dipimpin oleh penduduk pribumi dan kalangan Meural dengan sentra pemerintahan di Tunong (di hulu Sungai Tuan).
Marco Polo seorang avonturir Italia (1252-1324 M), dalam perjalanannya ke Cina singgah di Perlak. Diungkapkannya bahwa negeri Perlak indah dan penduduknya menjalankan fatwa Islam dengan penuh ketaatan. Syiar Islam memancar dan perlak sehingga Aceh dikenal sebagai “Serambi Mekah”. Dan sini para mubalig membuatkan fatwa Islam sambil menggerakkan roda ekonomi, membangun pelabuhan, melangsungkan pembauran lewat pernikahan, dan mewamai budaya masyarakat dengan corak Islam. Keadaan mi disaksikan juga oleh pengeliling dunia dan Maroko, Ibnu Batutah. Ketika pergi ke Cina ia singgah di Pasai pada tahun 1345 M. Pada takun 1346 M, dan Cina ia singgah lagi di Perlak. Tidakjauh dan Perlak berdiri pula Bandar gres yang bemama Samudra Pasai. Raja pertama yang masuk Islam ialah Marah Silu yang bergelar Al Malikus Saleh. Istrinya ialah Ganggang Sari anak Muhammad Amin Syah. Orang menganggap bahwa Samudra Pasai ialah kelanjutan Kerajaan Perlak.
Syiar Islam yang memancar dan Perlak mi memanggil hati umat Islam di Nusantara untuk memperdalam ilmu agama di sana. Maulana Malik Ibrahim setelah mencar ilmu agama Islam di Samudra Pasai menjadi penyiar Islam yang utama di Pulau Jawa. Ta termasuk salah seorang dan Wali Sanga. Syekh Burhanuddin dan Ulakan Pariaman (Sumatra Barat), setelah mendalanii fatwa Islam selama beberapa tahun di Samudra Pasai, menjadi penyiar Islam di tempat Minangkabau.
Kesultanan Samudra Pasai menerima pengakuan dan bani Mamluk di Mesir. Kesultanan mi dilanjutkan oleh Sultan Malikuz Zahir (1247-1321 M) dan Sultan Abmad Bahiara Syah (1321—1349 M) serta Sultan Zainal Abidin (1383-1405 M). Beliau memiliki dua orang anak berjulukan Malik Ibrahim dan Ibrahim Asmara yang berdakwah ke Majapahit. Malik Ibrahim wafat di Gresik. Ibrahim Asmara memiliki seorang anak berjulukan Maulana Ishak. Maulana Ishak hadir ke Blambangan dan memiliki anak berjulukan Raden Paku. Raden Paku inilah yang akhimya bergelar Sunan Gin.
Pada tahun 1511 M, Malaka direbut Portugis sehingga berakibat para saudagar Arab, Gujarat, dan Parsi lebih sering singgah di Aceh daripada di Malaka. BandarAceh kembali ramai dikunjungi para saudagar yang sekaligus mubalig. Raja Ibrahim menyusun kekuatan dan berhasilmendirikan.KerajaanAceh dengan gelarAli Mugayat Syah (1507- 1522 M). Antara Aceh dan Portugis sering terjadi perselisihan. Benih-benih antikafir dan antiorang absurd mulai tumbuh dikalangan rakyat Aceh. Aceh, Demak, dan Palembang menggalang ukhuwah Islamiyah menggempur Portugis di Malaka pada tahun 1513 M.
Peristiwa penyerangan yang pertama mi ialah benih perteman dekatan dan persatuan umat Islam Indonesia. Portugis balik menyerang Aceh pada tahun 152 1M. Rakyat Aceh di bawah pimpinan Sultan Salahuddin (1522-1537 M) sanggup menampik serangan Portugis ini. Sultan Salahuddin digantikan adiknya Sultan Alaudin Riayat Syah (1537- 1568 M). Sultan Alaudin Riayat Syah seorang yang aiim Ian gagah perkasa. Ia berhasil memenangkan peperangan melawan Portugis. Islam semakin tersiar ke Sumatra bab tengah.
Pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1616 M), Aceh mencapai puncak keemasannya. Portugis di Malaka Diserang pusakuan Sulatan Iskandar Muda pada tahun 1629 M. Walaupun gagal, semangat antipenjajahan terusterbongkar.
Pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1616 M), Aceh mencapai puncak keemasannya. Portugis di Malaka Diserang pusakuan Sulatan Iskandar Muda pada tahun 1629 M. Walaupun gagal, semangat antipenjajahan terusterbongkar.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Islam Di Sumatra Dalam Perkembangannya Di Indonesia"
Posting Komentar