Perkembangan Islam Di Pulau Jawa Dalam Perkemangannya Di Indonesia
Perkembangan Islam di Pulau Jawa Dalam Perkemangannya Di Indonesia
Pada tahun (674-675 M) utusan penyelidik khalifah bani Umayyah hadir ke Pulau Jawa, lalu kembali ke semenanjung Arabia untuk memberikan hasil pengamatannya. Mereka memberikan kepada khalifah bahwa penduduk Jawa sangat berpengaruh beragama Hindu yang tercermin pada budaya dan adab istiadatnya. Daerahnya sangat jauh untuk dikunjungi, apalagi dengan pasukan tentara. Akhirnya, rencana Muawiyah untuk menaklukkan daerah Nusantara tidak terdengar lagi.
Dakwah Islam mulai semarak di Pulau Jawa setelah kehadiran para mubalig dan Samudra Pasai. Rombongan dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim dan menjejakkan kakinya di Gresik (Jawa Timur), bahkan dia wafat dan dimakamkan di Gresik pada tahun 1419 M. Dan pantai Gresik iiiilah Islam menyebar ke Demak, Cirebon, dan Banten, bahkan ke daerah pedalaman. Penyebar agama Islam di Pulau Jawa dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Mereka ialah ulama besar dan mujahid dakwah serta hidup pada tempat dan kurun waktu yang tidak sama.
Maulana Malik Ibrahini
Maulana Malik Ibrahim ialah keturunan dan Sayyid Zainal Abidin bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat). Beliau dikenal juga dengan sebutan Maulana Magribi. Beliau seorang tokoh ulama yang andal di bidang tata negara yang berasal dan negara Turki. Pada tahun 1404 M, dia menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa lalu menetap di Gresik dan wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 882 H atau tanggal 9 April tahun 1419 M, di Jawa Timur.
Raden Rahmat (Sunan Anipel)
Raden Rahmat (Sunan Ampel) berdarah campuran. Ayahnya keturunan Arab, sedangkan ibunya dan Campa. Raden Rahmat eorang wali yang luwes dan terampil dalam berbicara sehingga berhasil mengislamkan Aria Damar, Adipati Sriwijaya. Pendudulmya banyak pula yang ikut masuk Islam. Raja Majapahit bersimpati dan menghormati SunanAmpel. Ta didiberikan kebebasan untuk membuatkan Islam. Akhirnya, ia diangkat sebagai Adipati (Mangkubumi) di Ampel, Jawa Timur.
Pada masa itu Sunan Ampel mengutus Maulana Ishak untuk menyiarkan Islam ke Blambangan. Oleh alasannya ialah akhlaknya yang balk, Raja Blambangan berkeluargakan putrinya dengan Maulana Ishak.
Raden Paku atau Ainul Yaqin (Sunan Gin)
Pernikahan Maulana Ishak dengan putri Raja Blambangan melahirkan Raden Paku. Raden Paku inilah yang akhirnS’a bergelar Sunan Gin. Raden Paku pada masa mudanya berguru agama ke Samudra Pasai. Sesudah itu, dia menyiarkan Islam di Gin. Sesudah sampaumur ia diambil untuk menjadi menantu oleh Sunan Ampel. Beliau andal pemenintahan dan seniman, serta pecinta tembang Pucung dan Asmarandana.
Makhdum Ibrahirn (Sunan Bonang)
Makhdum Ibrahim ialah anak dan Maulana Ishak, saudara dan Raden Rahmad. Sebelum menjadi penyiar Islam di Bonang, Lasem (Jawa Tengah), dia juga mendalami syariat Islam bersama saudaranya Raden Rahmad di Samudra Pasai. Sekembalinya menuntut ilmu, dia menjadi penyiar Islam yang gigih dan sebagai tempat berlindung umat Islam di daerahnya. Beliau pencipta gending-gending Jawa.
Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga)
Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) berkeluarga dengan putri Maulana Ishak. Jadi, Sunan Kalijaga ialah iparnya Sunan Gin dan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga berdakwah menerobos efek Hindu yang amat berpengaruh ke daerah pedalaman. Beliau berdakwah lewat media seni budaya masyarakat yang berkembang, yaitu seni wayang. Cerita wayang diisi dengan fatwa Islam. Menjadikan seni wayang sebagai media dakwah ialah suatu terobosan barn di kala itu, baik kalangan keraton maupun rakyat awam. Pelan dan niscaya penduduk banyak yang masuk Islam, demikian juga di kalangan keraton. Namanya harum di kalangan penduduk. Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) dimakamkan di Kadilangu, Demak (Jawa Tengah).
Raden Syarifuddin (Sunan Drajat)
Sunan Drajat ialah putra SunanAmpel. Beliau menyiarkan Islam di daerah Sedayu, Gresik (Jawa Timur). Beliau seorang wali yang cerdas dan ulet membuatkan Islam serta panutan bagi masyarakatnya. Ia membuat gending Pangkur
Jakfar Sadiq (Sunan Kudus)
Jakfar Sadiq (Sunan Kudus) masih keturunan Sayidina Au bin Abi Thalib. Sunan Kudus dikenal sebagai sunan yang tegas dan tegar serta penuh istiqamah. Beliau mengajak penduduk untuk masuk Islam dan meninggalkan agama Hindu, Buddha, ataupun kepercayaan dinarnisme dan animisme dengan lemah lembut. Pada dikala yang sama dia bersifat tegas kepada umat Islam untuk meninggalkan kebiasaan usang yang berperihalan dengan fatwa Islam. Umat Islam harus bebas dan mengikis habis ajanan Hindu pada banyak sekali lapangan kehidupan. Beliau membuat gending Maskumainbang dan Mijil senta banyak cenita yang berconak Islami.
Umar Said (Sunan Muria)
Sunan Muria ialah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria mewarisi darah seni dan orang tuanya. Beliau memanfaatkan seni budaya Jawa sebagai media dakwah. Beliau menyiarkan Islam ke daerah pedalaman Kudus hingga ke daerah Gunung Muria sehingga Islam pun tersebar ke dáerah pedalaman.
Syartf Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Sunan Gunung Jati dikenal sebagai Syarif Hidayatullah. Belia lahir pada tahun 1448 M. Ta ialah putra dan Rara Santang, seorang putri dan Kerajaan Pajajaran. Rara Santang sendiri ialah adik dan Pangeran Walangsungsang, penguasa Cirebon. Sewaktu pergi ke Mekah, Rara Santang bertemu dengan seorang perjaka Mesir bemama Syarif Abdullah lalu mereka berkeluarga. Sesudah itu, Rara Santang mengganti namanya menjadi Syarifah Modain.
Sejak kecil Syarif Hidayatullah sudah memberikan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan dan agama. Ta sering berkunjung ke banyak sekali negara spesialuntuk dengan satu tujuan, yaitu menambah perbendaharaan ilmu. Sesudah merasa cukup dalam mengejar pengetahuan, Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon untuk menggantikan pamannya sebagai penguasa Cirebon. Ta menetap di Bukit Muara Jati. Pada sekitartahun 1525 M, SyarifHidayatullah telab mulai meletakkan dan mengukuhkan sendi-sendi Tslam sebagai
landasan bagi pengembangan agama dan perdagangan di Cirebon. Bahkan, Syarif Hidayatullah sudah mengukuhkan kekuatIn agama Islam sebagai dasar ketatguagaraan di Kerajaan Cirebon. Tidak heran apabila kebudayaan masyarakat Cirebon sangat lekat dengan tradisi Islam, bahkan hingga kini. Upaya dakwah yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah banyak membawa keberhasilan di wilayah tanah Pasundan umumnya dan Cirebon khususnya.
Syarif Hidayatullah berkeluarga beberapa kali antara lain dengan Kawung Nganten, seorang putri Pajajaran dan mempunyai dua orang putra, dengan Nyi Mas Siti Babadan dan Cirebon tidak berputra, dan dengan Rara Jati dan kalangan darah biru Cirebon mempunyai dua putra. Pernikahan Syarif Hidayatullah dengan Nyi Mas Tepasari dan Bumiayu (Brebes) dianggap paling penting alasannya ialah sudah menurunkan cikal bakal para Sultan Cirebon.
SyarifHidayatullah meninggal pada tahun 1568 M dan dimakamkan di desaAstana, di Gunung Sembung Ia lalu populer sebagai Sunan Gunung Jati dan termasuk salah satu dan sembilan wali (Wali Sang) di Jawa.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Islam Di Pulau Jawa Dalam Perkemangannya Di Indonesia"
Posting Komentar