Pengertian Pasar Duopoli, Teori, Kelebihan Dan Kekurangan, Serta Misalnya (Lengkap)
Pengertian pasar duopoli secara umum yakni pasar yang penguasaan atas suatu barang atau jasa di kuasai oleh dua produsen (perusahaan). Situasi pasar suatu produk tertentu dikatakan dalam keadaan duopoli, bila yang mengusahakan dan atau yang menjual produk tersebut hanya terdiri dari dua orang pengusaha atau penjual, sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu pengusaha atau penjual akan menghipnotis kebijaksanaan pengusaha atau penjual yang lainnya baik dalam hal memilih harga penjualan maupun dalam hal menetapkan kapasitas produksi, kualitas produk, dan lain-lain.
Dalam mendapat faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut biasanya diantara pengusaha tersebut terjadi persaingan sempurna, sehingga struktur pembiayaan perusahaan duopoli sama saja dengan perusahaan bersaing sempurna. Apabila produk yang dihasilkan pengusaha duopoli itu sama benar (homogen), maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli murni (pure duopoly). Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen, tetapi satu sama lainnya bersifat sanggup menggantikan (substitusi) maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli yang dibedakan (differentiated duopoly).
Dari uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa pasar yang duopoli merupakan penggalan dari pasar produk produk/oligopoli atau pasar duopoli merupakan bentuk paling sederhana daripada pasar oligopoli.
Pasar dengan persaingan duopoli, boleh dikatakan jarang sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh lantaran itu teori pasar duopoli yang akan kita bahas selanjutnya lebih banyak bersifat asumsi, malah ada yang perlu dikhayalkan lantaran mustahil kita temui dalam dunia kenyataan. Namun demikian, teori pasar produk yang duopoli mempunyai kegunaan bagi penyusunan teori pasar oligopoli, lantaran ia merupakan dasar atau sekurang-kurangnya sanggup membantu kita dalam menganalisa pasar oligopoli.
Teori pasar dengan persaingan duopoli, untuk pertama kalinya telah dikemukakan oleh Antonia Augustin Cournot pada tahun 1838 dalam karangannya yang berjudul “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth”. Teori Cournor itu banyak mendapat kritik dari hali-ahli ekonomi, terutama ihwal perkiraan yang digunakannya yang oleh sementara jago ekonomi dianggap tidak masuk akal. Betran-Edgeworth telah pula menciptakan teori pasar duopoli yang sanggup dianggap sebagai penyempurnaan teori Cournot.
Situasi pasar suatu produk yang duopoli sanggup digambarkan sebagai berikut : yang menghasilkan dan atau yang menjual produk itu hanya dua pengusaha, contohnya pengusaha A dan pengusaha B. Kita umpamakan produk yang dihasilkan pengusaha A dan pengusaha B itu homogen. Setiap tindakan yang akan diambil oleh perusahaan A akan menghipnotis kebijaksanaan yang dijalankan pengusaha B dan begitu pula sebaliknya. Oleh lantaran itu, baik pengusaha A maupun pengusaha B sangat hati-hati dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, lebih-lebih dalam hal memilih harga penjualan dan kapasitas produksi. Baik pengusaha A maupun pengusaha B harus bisa menaksirkan tindakan apa yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan yang akan diambilnya sanggup merugikan perusahaannya sendiri.
Disinilah letak kelemahan teori pasar dengan persaingan duopoli dan oligopoli, lantaran yakni amat sulit, kalau belum boleh dikatakan tidak mungkin, bagi suatu pengusaha untuk meramalkan secara tepat ihwal tindakan yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan tertentu. Agar masing-masing pengusaha duopoli itu sanggup menaksirkan tindakan apa yang akan dijalankan saingannya, ia harus selalu memperhatikan tingkah laris pengusaha saingannya.
Teori-teori mengenai duopoli ini disusun berdasarkan asumsi-asumsi ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha lainnya. Mudahlah sanggup dimengerti, bahwa apabila asumsi-asumsi ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha diubah, akan timbullah teori yang baru. Inilah yang mengakibatkan terdapatnya banyak sekali teori duopoli, lantaran perkiraan ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha lain itu di mata penyusun-penyusun teori itu berbeda-beda.
#1 - Teori Pasar Duopoli Cournot
Dalam teori Cournot ini dua perusahaan dianggap menghasilkan barang yang homogen. Asumsi pokok yang dipergunakan oleh Cournot ialah bahwa pada waktu seorang pengusaha duopoli berusaha memaksimumkan keuntungannya, jumlah barang yang dihasilkan oleh saingannya tidak tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli yang pertama tadi.
Misalkan kurva seruan pasar adalah:
Py = f (YA + YB) (1)
dimana Py = harga barang homogen yang dijual;
YA = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli A;
YB = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli B;
TRA = YA . Py
TRB = YB . Py
Keuntungan dari masing-masing pengusaha duopoli itu ialah:
πA = YA . Py – CA(YA) (2)
πB = YB . Py – CB(YB) (3)
Dimana CA(YA) = biaya pengusaha A dalam menghasilkan YA;
CB(YB) = biaya pengusaha B dalam menghasilkan YB.
Masing-masing pengusaha duopoli ini dianggap bertujuan mendapat laba maksimum. Bagi masing-masing pengusaha duopoli itu berlaku-syarat-syarat di bawah ini:
Dalam mendapat faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut biasanya diantara pengusaha tersebut terjadi persaingan sempurna, sehingga struktur pembiayaan perusahaan duopoli sama saja dengan perusahaan bersaing sempurna. Apabila produk yang dihasilkan pengusaha duopoli itu sama benar (homogen), maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli murni (pure duopoly). Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen, tetapi satu sama lainnya bersifat sanggup menggantikan (substitusi) maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli yang dibedakan (differentiated duopoly).
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Duopoli
Situasi pasar suatu produk yang oligopoli sama saja dengan situasi pasar produk duopoli. Cuma dalam pasar produk oligopoli, jumlah yang mengusahakan dan atau menjual produk tersebut lebih dari dua tetapi tidak banyak (oligos = sedikit), sehingga tindakan suatu pengusaha akan menghipnotis kebijaksanaan pengusaha dan lain-lainnya. Kalau produk yang dihasilkan pengusaha-pengusaha oligopoli itu sama benar (homogen), pasar produk itu dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly), sedang apabila produk yang dihasilkan tidak homogen tetapi bersifat substitusi dinamakan oligopoli yang dibedakan (differentiated oligopoly).Dari uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa pasar yang duopoli merupakan penggalan dari pasar produk produk/oligopoli atau pasar duopoli merupakan bentuk paling sederhana daripada pasar oligopoli.
Pasar dengan persaingan duopoli, boleh dikatakan jarang sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh lantaran itu teori pasar duopoli yang akan kita bahas selanjutnya lebih banyak bersifat asumsi, malah ada yang perlu dikhayalkan lantaran mustahil kita temui dalam dunia kenyataan. Namun demikian, teori pasar produk yang duopoli mempunyai kegunaan bagi penyusunan teori pasar oligopoli, lantaran ia merupakan dasar atau sekurang-kurangnya sanggup membantu kita dalam menganalisa pasar oligopoli.
Teori pasar dengan persaingan duopoli, untuk pertama kalinya telah dikemukakan oleh Antonia Augustin Cournot pada tahun 1838 dalam karangannya yang berjudul “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth”. Teori Cournor itu banyak mendapat kritik dari hali-ahli ekonomi, terutama ihwal perkiraan yang digunakannya yang oleh sementara jago ekonomi dianggap tidak masuk akal. Betran-Edgeworth telah pula menciptakan teori pasar duopoli yang sanggup dianggap sebagai penyempurnaan teori Cournot.
Situasi pasar suatu produk yang duopoli sanggup digambarkan sebagai berikut : yang menghasilkan dan atau yang menjual produk itu hanya dua pengusaha, contohnya pengusaha A dan pengusaha B. Kita umpamakan produk yang dihasilkan pengusaha A dan pengusaha B itu homogen. Setiap tindakan yang akan diambil oleh perusahaan A akan menghipnotis kebijaksanaan yang dijalankan pengusaha B dan begitu pula sebaliknya. Oleh lantaran itu, baik pengusaha A maupun pengusaha B sangat hati-hati dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, lebih-lebih dalam hal memilih harga penjualan dan kapasitas produksi. Baik pengusaha A maupun pengusaha B harus bisa menaksirkan tindakan apa yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan yang akan diambilnya sanggup merugikan perusahaannya sendiri.
Disinilah letak kelemahan teori pasar dengan persaingan duopoli dan oligopoli, lantaran yakni amat sulit, kalau belum boleh dikatakan tidak mungkin, bagi suatu pengusaha untuk meramalkan secara tepat ihwal tindakan yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan tertentu. Agar masing-masing pengusaha duopoli itu sanggup menaksirkan tindakan apa yang akan dijalankan saingannya, ia harus selalu memperhatikan tingkah laris pengusaha saingannya.
Teori-Teori Pasar Duopoli
Kombinasi harga dan jumlah produksi serta laba dari pengusaha-pengusaha duopoli tergantung dari tindakan pengusaha-pengusaha itu. Seorang pengusaha duopoli sanggup mengatur jumlah produk yang ia hasilkan, tapi ia tidak sanggup mengatur variabel-variabel lain yang memilih keuntungan. Keuntungan dari tiap penjual yakni hasil dari interaksi dari keputusan-keputusan yang diambil oleh pengusaha-pengusaha itu di pasar.Teori-teori mengenai duopoli ini disusun berdasarkan asumsi-asumsi ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha lainnya. Mudahlah sanggup dimengerti, bahwa apabila asumsi-asumsi ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha diubah, akan timbullah teori yang baru. Inilah yang mengakibatkan terdapatnya banyak sekali teori duopoli, lantaran perkiraan ihwal tingkah laris pengusaha-pengusaha lain itu di mata penyusun-penyusun teori itu berbeda-beda.
#1 - Teori Pasar Duopoli Cournot
Dalam teori Cournot ini dua perusahaan dianggap menghasilkan barang yang homogen. Asumsi pokok yang dipergunakan oleh Cournot ialah bahwa pada waktu seorang pengusaha duopoli berusaha memaksimumkan keuntungannya, jumlah barang yang dihasilkan oleh saingannya tidak tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli yang pertama tadi.
Misalkan kurva seruan pasar adalah:
Py = f (YA + YB) (1)
dimana Py = harga barang homogen yang dijual;
YA = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli A;
YB = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli B;
TRA = YA . Py
TRB = YB . Py
Keuntungan dari masing-masing pengusaha duopoli itu ialah:
πA = YA . Py – CA(YA) (2)
πB = YB . Py – CB(YB) (3)
Dimana CA(YA) = biaya pengusaha A dalam menghasilkan YA;
CB(YB) = biaya pengusaha B dalam menghasilkan YB.
Masing-masing pengusaha duopoli ini dianggap bertujuan mendapat laba maksimum. Bagi masing-masing pengusaha duopoli itu berlaku-syarat-syarat di bawah ini:
ini berarti bahwa masing-masing pengusaha duopoli itu harus menyamakan MR dengan MC, jadi:
MRA = MCA
MRB = MCB
Nilai produk marjinal dari masing-masing pengusaha duopoli itu tidaklah sama, lantaran jumlah barang yang mereka hasilkan tidak sama
MRA = PY + YA (dPY/dY)
MRB = PY + YB (dPY/dY)
(dHY/dY) < 0 (dengan anggapan kurva seruan pasar bersudut negatif).
Jadi apabila YA< YB, maka MRA < MRB
Ini berarti bahwa pengusaha duopoli dengan jumlah produk yang lebih besar akan punya MR yang lebih kecil.
Dari kurva seruan sanggup kita lihat bahwa penambahan produk dari masing-masing pengusaha duopoli secara sendiri-sendiri akan berakibat turunnya harga, sehingga TR dari masing-masing pengusaha duopoli itu akan dipengaruhinya.
Pasar duopoli akan berada dalam kesetimbangan, apabila nilai-nilai dari YA dan YB yakni demikian rupa, sehingga kedua pengusaha duopoli itu maisng-masing akan mencapai laba maksimum. Dari persamaan-persamaan (4) dan (5), yang masing-masing mengandung unsur-unsur YA dan YB, maka dengan memecahkan persamaan (4) dan (5) secara simultan, maka besarnya YA dan YB sanggup dicari. Hanya pada besaran YA dan YB yang secara simultan memenuhi persamaan YA dan YB itulah pasar duopoli tadi berada dalam kesetimbangan.
#2. Kurva Permintaan Yang Patah
Teori duopoli selanjutnya yang perlu kita singgung pula seperlunya ialah analisa yang mengasumsikan kurva seruan yang patah (kinked demand curve). untuk ini dibutuhkan pula beberapa asumsi, antara lain ialah:
- Harga pasar yang memuaskan bagi kedua pengusaha duopoli itu telah terbentuk, contohnya PY rupiah.
- Jika salah satu dari pengusaha , monopoli menurunkan harga penjualannya (lebih rendah dari harga kesetimbangan PY diatas), pengusaha saingannya yang mengetahui tindakan tersebut, juga akan menurunkan harga penjualannya (kalau perlu lebih rendah lagi) semoga ia tidak kehilangan pembeli, sampai terjadi persaingan harga yang sanggup menghancurkan kedua perusahaan duopoli itu.
- Jika salah satu dari pengusaha duopoli menaikkan harga penjualannya, tindakannya itu tidak akan diikuti oleh pengusaha saingannya. Akibatnya sebagian atau seluruh pembeli pindah kepada pengusaha yang tidak turut menaikkan harga itu.
Berdasarkan kepada situasi yang diasumsikan diatas, maka kurva seruan bagi suatu pengusaha duopoli haruslah merupakan kurva yang patah menyerupai sanggup dilihat pada Gambar di bawah ini.
Kurva Permintaan Yang Patah Suatu Pengusaha Duopoli |
Dimisalkan harga kesetimbangan pasar yang sama-sama memuaskan kedua pengusaha duopoli itu telah terbentuk yaitu sebesar PY rupiah untuk setiap satuan produk menyerupai sanggup dilihat pada Gambar 61. Selanjutnya pada Gambar 61 sanggup pula dilihat kurva seruan bagi suatu pengusaha duopoli (kurva CDE) yang patah di titik D, dimana titik D yakni titik pada kurva seruan tersebut yang merupakan titik kesetimbangan harga dan kapasitas produksi bagi pengusaha duopoli tersebut, dimana kapasitas produksi yang dijalankan pada harga PY yakni sebesar Y1 satuan.
Kalau pengusaha duopoli itu menurunkan harga penjualannya lebih rendah daripada harga kesetimbangan PY, maka pengusaha lain juga akan mengikutinya semoga mereka tidak kehilangan pembeli. Berdasarkan perkiraan ini, kurva seruan bagi pengusaha yang menurunkan harga tadi ialah kurva DE, dimana elastisitas seruan kurva DE sama dengan elastisitas seruan pasar. Samanya elastisitas seruan ini yakni lantaran tindakannya menurunkan harga diikuti oleh pengusaha saingannya yang satu lagi.
Sebaliknya bila pengusaha duopoli tadi menaikkan harga penjualan lebih tinggi dari PY dan diikuti pula oleh pengusaha saingannya, maka kurva permintaannya pada harga yang menaik yakni kurva DF yang juga sama elastisitasnya dengan elastisitas seruan pasar. Tetapi lantaran berdasarkan perkiraan kita, tindakan menaikkan harga itu tidak diikuti oleh pengusaha saingannya, maka sebagian atau seluruh pembelinya akan pindah kepada pengusaha saingannya yang tidak menaikkan harga itu. Akibatnya kurva seruan baginya tidak lagi DF melainkan kurva DC yang elastisitas permintaannya lebih besar daripada elastisitas seruan pasar. Kaprikornus yang mengakibatkan patahnya kurva seruan bagi suatu pengusaha duopoli yakni lantaran tindakannya menaikkan harga tidak diikuti oleh pengusaha saingannya.
Dengan patahnya kurva seruan bagi suatu pengusaha duopoli, dengan sendirinya kurva nilai produk marjinalnya (MR) menjadi tidak kontinyu menyerupai terlihat pada Gambar 61, dimana kurva MR bagi pengusaha tersebut yakni CABG. Disamping itu perlu dingatkan bahwa mungkin ada yang mengasumsikan bahwa pada harga menaik tadi kurva seruan pengusaha eksklusif menjadi PYD. Kalau kurvanya menjadi PYD berarti dengan menaikkan harga sedikit saja semua pembelinya akan lenyap dan pindah kepada pengusaha saingannya yang tidak ikut menaikkan harga.
Tetapi harus diingat bahwa dengan menaikkan harga itu tidak sekaligus akan lenyap pembelinya, tetapi masih ada yang tinggal, lantaran mustahil seluruh pembeli tadi mengetahui bahwa pengusaha saingannya tidak menaikkan harga, atau walaupun produk dijual homogen, mungkin masih ada diantara konsumen yang tetap mau membeli kepada pengusaha yang menaikkan harga itu. Inilah sebabnya kenapa kurva permintaannya tidak menjadi PYD melainkan DC.
Selanjutnya kita akan meninjau imbas perubahan biaya pada pengusaha duopoli terhadap kebijaksanaannya dalam memilih harga penjualan dan kapasitas produksi. Untuk ini perhatikan Gambar di bawah ini
Pengaruh Perubahan Biaya Bagi Kebijaksanaan Pengusahaan Duopoli |
Pada Gambar diatas terlihat adanya perubahan pembiayaan pada suatu perusahaan duopoli. Perusahaan itu ditunjukkan oleh kura MC1 dan AC1 menjadi MC dan AC, atau sebaliknya dari MC dan AC menjadi MC1 dan AC1, berarti biaya produksi meningkat dari biasa. Oleh lantaran itu secara biasa tentu harga penjualan dinaikkan pula. Tetapi disini lantaran kurva seruan yang patah yang menjadikan tidak kontinyunya kurva nilai produk marjinal MR, maka kenaikan biaya produksi tidak selalu perlu dibarengi dengan kenaikan harga penjualan.
Selain perubahan harga itu terjadi sedemikian rupa, sehingga kurva MC tetap tidak memotong kurva AC atau BF, perubahan harga tidak perlu dilakukan, lantaran laba yang diperoleh masih tetap maksimum. Kaprikornus selagi biaya marjinal masih berada diantara A dan B atau sama dengan A atau B, perusahaan akan tetap menjalankan kapasitas produksi sebesar Y1 satuan dengan harga penjualan sebesar P1 menyerupai terlihat pada Gambar diatas.
Sekarang bagaimana pula imbas perubahan seruan pasar terhadap suatu pengusaha duopoli, akan kita jelaskan dengan Gambar di bawah. Dimisalkan keadaan suatu pengusaha duopoli menyerupai ditunjukkan oleh gambar. Kemudian bila diumpamakan pula terjadi pergeseran seruan pasar sampai jumlah produk yang dihasilkan duopoli itu diminta lebih banyak oleh pasar produk itu, maka dengan sendirinya kurva seruan pengusaha duopoli tadi bergeser pula ke kanan menyerupai ditunjukkan oleh Gambar di bawah. Kurva seruan bagi pengusaha duopoli itu berubah dari kurva CDE menjadi kurva C2D2E2 pada Gambar di bawah dengan titik patah yang tetap sama dengan harga produk semula.
Bila biaya perusahaan duopoli itu tetap dan pertambahan seruan pasar itu sedemikian kecil sehingga pergeseran kurva seruan pengusaha duopoli itu masih tetap menjadikan kurva biaya marjinal memotong kurva nilai produk marjinal pada bahagian yang tidak kontinyu, harga penjualan tidak perlu dinaukkan, tetapi tetap pada harga semula yaitu harga P. Cuma kapasitas produksi harus ditingkatkan menjadi Y2 satuan menyerupai terlihat pada Gambar di bawah ini.
Pengaruh Perubahan Permintaan Pasar Terhadap Suatu Pengusaha Duopoli |
Begitu juga sebaliknya bila seruan pasar berkurang, sedang biaya produksi tetap, dan perubahan seruan pasar itu membawa akhir berubahnya kurva seruan bagi pengusaha duopoli itu menyerupai terlihat pada Gambar, tetapi biaya marjinal masih tetap memotong kurva MR yang gres pada penggalan yang tidak kontinyu , pengusaha duopoli tidak perlu menurunkan harga penjualan, tetapi tetap dengan harga penjualan semula yaitu pada harga P. Cuma saja kapsitas produksi yang harus dikurangi menjadi sebesar Y1 menyerupai terlihat pada Gambar .
Kaprikornus kini sanggup disimpulkan bahwa imbas perubahan seruan pasar bagi suatu pengusaha duopoli tidak selalu membawa perubahan pada harga penjualan menyerupai pada pasar produk dengan persaingan sempurna. Hal itu yakni lantaran kurva seruan bagi pengusaha duopoli yakni kurva yang patah, sehingga kurva nilai produk marjinalnya menjadi tidak kontinyu atau selagi biaya marjinal masih memotong kurva MR pada bahagian yang tidak kontinyu, perubahan harga tidak perlu diadakan. Yang perlu diadakan perubahan hanyalah kapasitas produksi sesuai dengan perubahan seruan pasar itu sendiri menyerupai yang digambarkan oleh Gambar diatas.
Analisa pasar duopolistik dengan memakai teori kurva seruan yang patah (kinked demand theory) itu juga mendapat kritik dari beberapa jago ekonomi menyerupai George J. Stigler. Antara lain dikemukannya bahwa teori kurva seruan yang patah itu bukanlah menjelaskan ihwal perubahan-perubahan harga, melainkan teori ihwal tetapnya harga dalam persaingan yang duopolistik. Kemudian bagaimana caranya suatu pengusaha duopoli sanggup mengetahui bahwa harga pasar yang berlaku itu persis berada pada titik patah kurva permintaannya juga tidak terang dalam teori itu.
Kesulitan lain dari teori itu aialah sulitnya untuk sanggup diuji secara empiris. Dan kesudahannya juga dikemukannya ihwal kesulitan untuk memilih harga pada titik patah tersebut lantaran teori itu hanya diasumsikan saja bahwa harga telah ada pada titik patah itu, tetapi bagaimana terjadinya harga pada titik patah itu pada mulanya tidak dijelaskan.
Demikian antara lain kritik-kritik yang dilemparkan sementara jago terhadap teori kurva seruan yang patah bagi pengusaha duopoli menyerupai telah dibahas seperlunya.
Demikian juga ulasan artikel yang agak panjang yang membahas tentang Pengertian PASAR DUOPOLI, Teori, Kelebihan dan Kekurangan, Serta Contohnya yang lengkap kami rangkum dari buku bacaan pribadi kami. Semoga bermanfaat dalam pembuatan artikel / materi / makalah pasar duopoli anda. Mohon maaf bila ada kesalahan dan terima kasih telah berkunjung.
Belum ada Komentar untuk "Pengertian Pasar Duopoli, Teori, Kelebihan Dan Kekurangan, Serta Misalnya (Lengkap)"
Posting Komentar