Makna Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia cerdik balig cukup akal mi diartikan sebagai pengamalan Pancasila Masa “ pembangunan akan memdiberi peluang yang menguntungkan bagi Pancasila untuk memdiberi dampak yang mendalam dan mendasar pada sistem mlai sosaal-budaya masyarakat Indonesia.
Seperti yang berkali-kali diungkapkan oleh para ilmuwan sosial, para hebat filsafat, dan para pejabat tingkat tinggi di dalam pemermntahan, pembangunan nasional mengandung arti pembaharuan. Pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinya membawa perubahan-perubahan sosial-budaya. Perubahan-perubahan itu sanggup bersifat dangkal dan bersifat fundamental. Perubahan-perubahan yang
bersifat dangkal akan praktis dan cepat berubah. Misalnya, sanggup dilihat dalam perubahan mode pakaian, selera arsitektur rumah atau daerah tinggal, dan popularitas lagu-lagu generasi muda yang sedang in di kalangan mereka.
Adapun perubahan-perubahan sosial-budaya yang mendasar sanggup dialami bersama dalam reformasi. Misalnya, masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri, masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, tata hidup pedesaan menjadi tata hidup perkotaan, serta perubahan masyarakat Indonesia dan kedudukan dijajah oleh kekuasaan aneh menjadi masyarakat yang merdeka di dalam negara yang diatur dan diurus oleh kekuasaan nasional.
Semua perubahan sosial tersebut apabila dianalisis prosesnya akan melalui tahap-tahap sebagai diberikut:
- tahap terintegrasi (tahap terorganisasi),
- tahap disintegrasi (atau disorganisasi), dan
- tahap reintegrasi (atau reorganisasi).
Tahap pertama, yaitu tahap integrasi yaitu tahap sosial budaya dimana lembaga-lembaga termasuk forum politik, ekonomi, pemerintahan, agama, dan sosial berada di dalam keadaan yang selaras, serasi, dan seimbang. Namun, sebagai jawaban dan perkembangan di bidang politik, ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan salah satu bidang kehidupan berkembang lebih cepat daripada bidang lairnya sebingga merusak keadaan sosial-budaya yang terintegrasi itu.
Timbullah tahap kedua, yaitu tahap disintegrasi antara lembaga-lembaga sosial-budaya. Di dalam tahap disintegrasi, masyarakat mengalami situasi social psikologi di mana orang sering tidak mengetahui nilai-nilai yang dianggap baik dan nilai-nilai yang dianggap tidak baik. Hal mi disebabkan nilai-nilai yang usang sudah mulai pudar, tetapi belum lenyap sama sekali dan kehidupan masyarakat.
Timbullah tahap kedua, yaitu tahap disintegrasi antara lembaga-lembaga sosial-budaya. Di dalam tahap disintegrasi, masyarakat mengalami situasi social psikologi di mana orang sering tidak mengetahui nilai-nilai yang dianggap baik dan nilai-nilai yang dianggap tidak baik. Hal mi disebabkan nilai-nilai yang usang sudah mulai pudar, tetapi belum lenyap sama sekali dan kehidupan masyarakat.
Sebaliknya, nilai-nilai gres yang harus menggantikannya belum terbentuk dengan jelas, atau jikalau sudah terbentuk, belum terperinci kapan, di mana, serta dengan cara bagaimana nilai-nilai gres itu harus direalisasikan. Periode yang diwamai dengan kebingungan dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat dinamakan periode anomie. Di dalam keadaan galau tersebut, masyarakat mencari jalan semoga kehidupannya kembali ke dalam keadaan selaras, serasi, dan seimbang. Kalau keadaan kehidupan gres itu tercapai, masyarakat sudah berhasil menempatkan din pada tahap ketiga, yaitu tahap reintegrasi.
Sumber Pustaka: Grafindo Media Pratama
Belum ada Komentar untuk "Makna Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan"
Posting Komentar