Makalah Tugas Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dan Maknanya Bagi Bangsa Indonesia
1.1 Sejarah berdirinya keraton Surakarta
Kraton Surakarta Hadiningrat atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kraton Kasunanan Surakarta telah berdiri semenjak ratusan tahun lalu. Kraton ini yakni “penerus” dari Kerajaan Mataram Islam. Setelah berganti-ganti sentra pemerintahan mulai dari Kotagede, Pleret hingga Kartasura, pemberontakan kuning oleh etnis Tionghoa memaksa Mataram untuk memindahkan Kratonnya ke Desa Sala. Konflik internal dan campur tangan Belanda kemudian memaksa kerajaan ini pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1755 melalui perjanjian Giyanti.
Perjalanan diawali dari gerbang Kraton paling utara yaitu gapura Gladag. Gapura ini dijaga oleh dua arca Dwarapala bersenjata gada. Menyusuri ruas jalan yang teduh dengan pohon beringin renta di kanan kirinya, hingga di Alun-Alun Utara. Layaknya gaya khas sebuah tata kota tua, Kraton Kasunanan Surakarta terletak dalam satu kompleks dengan Alun-Alun dan Masjid Agung. Sebuah pendapa terbuka besar berdiri megah sempurna di seberang alun-alun, sementara bangunan utama kraton berada di belakangnya. Di dalam bangunan utama ini terdapat sebuah museum yang dulunya merupakan kompleks perkantoran pada jaman Paku Buwono X. Bangunan ini terbagi atas 9 ruang festival yang berisi aneka macam benda dan pusaka peninggalan Kraton, hingga diorama kesenian rakyat dan upacara pengantin kerajaan lengkap dengan aneka macam macam peralatannya.
Sebuah lorong sempit menghubungkan museum dengan kompleks utama kraton. Untuk menghormati budpekerti istiadatnya, kita tidak diperbolehkan mengenakan celana pendek, sandal, beling mata hitam, dan baju tanpa lengan. Sandal juga dilepas dan kita harus berjalan tanpa ganjal kaki di atas pasir pelataran yang konon diambil dari Pantai Selatan. Pohon Sawo Kecik yang menaungi pelataran membuat udara senantiasa sejuk. Secara jarwa dhosok, nama pohon itu dimaknai sebagai lambang yang artinya sarwo becik atau serba baik. [1]
1.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam keraton Surakarta
Telah kita ketahui bahwa kehidupan di Indonesia ini terdiri dari aneka macam macam suku-suku dan budaya yang berbeda-beda, dan demi menuju negeri yang kondusif perbedaan ini pun tidak menjadi permasalahan yang menghambat kemerdekaan ini, Indonesia bisa menghantarkan rakyatnya kepadan pintu gerbang kemerdekaan menyerupai yang kita rasakan dikala kini ini. Sejarah juang inilah menjadi semangat kita untuk terus mengapresiasikan dalam rangka menanamkan rasa syukur kita dan ini tidak terlepas dari firman allah swt menyerupai halnya kehidupan kita sehari-hari yang bertetangga dengan berbeda agama, namun tetap menghargai kepercayaan mereka, tidak menyudutkan mereka alasannya yakni keimanan yang berbeda. Namun tetaplah menanamkan sikap bahwa kita ini satu. Untuk terus menjunjung tinggi nilai kebersamaan, tidak terlalu fanatik akan perbedaan suku di Indonesia, alasannya yakni hal ini sanggup menyebabkan sikap yang jelek bagi kehidupan sosial.
Seperti Firman Allah swt yang berbunyi, “Hai insan sebenarnya kami membuat kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku semoga kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muda diantara kalian disisi allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian sebenarnya allah maha mengetahui lagi maha mengenal” maknanya yakni allah memang sengaja membuat insan ini dengan aneka macam macam suku-suku, dan saling mengenal antara satu sama lain, dan amanah allah memberikan kepada hamba-hambanya untuk berlaku baik dan adil kepada setiap hamba-hambanya. Dan membentuk komunitas-komunitas yang mempunyai sifat kedalaman spiritual yakni mengingat bahwa allah yakni pencipta seluruh apa-apa yang ada di alam ini, wujud rasa syukur kita sanggup kita aprisiasikan melalui selalu bersyukur akan segala rizki dan nikmat yang telah ia berikan kepada kita.
Karakter bangsa Indonesia merupakan kristalisasi nilai-nilai kehidupan kasatmata bangsa Indonesia yang bersuku-suku merupakan perwujudan dan pengamalan pancasila. Potensi kalbu / nurani / afektif akseptor didik sebagai insan dan warga Negara yang mempunyai nilai-nilai budaya dan aksara bangsa sanggup dikembangkan. Kebiasaan dan sikap akseptor didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius sanggup dikembangkan. Jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab akseptor didik sebagai generasi penerus bangsa sanggup ditanamkan. Kemampuan akseptor didik menjadi insan yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan sanggup dikembangkan.
1.3 Makna keraton bagi masyarakat Indonesia
Budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan insan dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar. Sedangkan budaya bangsa yakni keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya yang dihasilkan dan menjadi karakteristik bangsa tersebut. Karakter yakni kebijakan sopan santun dan moral yang terpatri yang menjadi nilai intrisik dalam diri insan yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilakunya.
Lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan berguru yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan sanggup dikembangkan. Kita sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjaga budaya orisinil bangsa Indonesia dan menghormati budaya Indonesia. Karena sudah banyak budaya orisinil bangsa Indonesia di ambil oleh orang absurd dan di akui bahwa itu budaya orisinil bangsa mereka, maka kita harus mempertahankan dan menjaga budaya orisinil bangsa kita.[2]
Sebagai masyarakat Indonesia untuk terus menjaga budaya kita, dan budaya khas kota Solo. Seperti menjaga bangunan Keraton, merawat bangunan Keraton dan lain-lain. Serta memasarkan wisata kota Solo tepatnya Keraton Solo kepada masyarakat luas. Agar semua masyarakat mengetahui akan makna sejarah keraton bagi negera Indonesia ini.
BAB III
PENUTUP
Dengan penelitian ini sanggup kita simpulkan bahwa Keraton Solo mempunyai banyak sejarah, makna bagi bangsa Indonesia. Umur bangunan Keraton Solo sekitar 2,6 abad. Yang dibangun oleh Raja Pakubuwono ke 2 pada tanggal 17 Februari 1745. Keraton Solo bukan lagi bangunan orisinil alasannya yakni Keraton Solo pernah mengalami peristiwa alam yaitu kebakaran yang di akibatkan alasannya yakni adanya konsleting listrik pada tanggal 31 Januari 1985. Luas dari Keraton Solo yakni 5312 meter, terbagi menjadi 4 yaitu Pendopo Paligi, Pendopo Agung Sasonosewoko, Dalem Agung Probosuyoso, Sasono Gondroweno. Untuk itu kita sebagai rakyat Indonesia untuk selalu menjaga budaya kita, menjaga keraton sebagai kawasan sejarah Indonesia.
[1] http://lifestyle.okezone.com/read/2013/12/28/408/918627/menelusuri-jejak-sejarah-berdirinya-keraton-kasunanan-surakarta-hadiningrat
http://solo.yogyes.com/id/see-and-do/historic-and-heritage-sight/kraton-kasunanan
Belum ada Komentar untuk "Makalah Tugas Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dan Maknanya Bagi Bangsa Indonesia"
Posting Komentar