Makalah Tafsir Ayat-Ayat Perihal Metode Pendidikan Islam [Kajian Surat Al-Nahl/16: 125-126]


I.                   Teks Ayat
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ   ÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ ( ûÈõs9ur ÷Län÷Žy9|¹ uqßgs9 ׎öyz šúïÎŽÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ
II.                Ma’na al-Mufradat
pyJõ3Ït                : pesan tersirat artinya perkataan yang tegas dan benar
psàÏãöqyJ         : mau’idzah artinya pelajaran / nasehat
ø9Ï»y_             : mematahkan/ membantah
`|¡ômr&              : cara yang baik
6s%%tæ            : balasan
Žy9|¹           : bersabar

III.             Tarjamah Tafsiriyyah
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui wacana siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang menerima petunjuk.
126. Dan bila kau memperlihatkan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846]. akan tetapi bila kau bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang sanggup membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
[846] Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.

IV.             Asbab al-Nuzul
Adapun lantaran diturunkan ayat di atas ialah sebagai berikut:
1.      Ayat 125
Adapun asbabun nuzul dari ayat ini berdasarkan Imam Jalalain yaitu, “ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir. Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang. Ketika Nabi saw melihat, kemudian ia bersumpah dengan sabdanya: “sungguh saya bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu”[1]
Jadi ayat 125 surat An-Nahl tersebut memperlihatkan bekerjsama turunnya ayat ini ialah ketika Hamzah gugur dalam perang dan jasadnya tercincang oleh orang kafir. Dan Rasulullah bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantinya.
2.      Ayat 126
Jalaluddin As-Suyuthi menerangkan:
Al-Hakim, al-Baihaqi dalam ad-Dalaa‟il, dan al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bangun di bersahabat Hamzah yang telah mati syahid dengan tubuh  tercincang oleh musuh. Beliau berkata, “sungguh saya akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai pembalasanmu!” maka Jibril turun sementara Nabi saw masih bangun di kawasan membawa pecahan final surah An-Nahl, “Dan bila kau membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama,…” hingga final surah. Maka Rasulullah tidak jadi melaksanakan niatnya. At-tirmidzi meriwayatkan dari Ubai bin Ka‟ab dan dinyatakan Hasan oleh al-Hakim, kata Ubai, ”Pada waktu Perang Uhud, 64 orang Anshar dan 6 orang Muhajirin gugur, di antaranya terdapat Hamzah bin Abdul Muththalib. Jenazah mereka dicincang musuh. Maka orang-orang Anshar berkata, “Kalau lain kali kita menerima kesempatan menyerupai sekarang, kita akan tunjukkan kepada mereka bahwa kita pun sanggup mencincang mayat mereka. Lalu pada hari penaklukkan Mekkah Allah menurunkan Ayat, ‟Dan bila kau membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama,…‟ ”Zhahir riwayat ini memperlihatkan ayat ini gres turun pada waktu penaklukkan Mekkah. Sedangkan dalam hadits sebelumnya ayat ini turun di Uhud. Ibnul Hashshar mengompromikan kedua riwayat ini bahwa pertama-tama ayat ini turun di Mekkah, kemudian turun kedua kalinya di Uhud, dan turun lagi untuk ketiga kalinya pada waktu penaklukkan Mekkah, sebagai pengingatan dari Allah buat hamba-hamba-Nya[2]
Shaleh menjelaskan:
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Rasulullah saw. bangun di mayat Hamzah yang syahid dan dirusak anggota badannya, bersabdalah beliau: “Aku akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai jawaban atas perlakuan mereka terhadap dirimu.” Maka turunlah jibril memberikan wahyu final surah an-Nahl (Q.S. An-Nahl: [16] 126-128) di ketika Nabi masih berdiri, sebagai teguran kepada beliau. Akhirnya Rasulullah pun mengurungkan rencana itu. Diriwayatkan oleh al-Hakim, al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dala-il, dan al-Bazzar, yang bersumber dari Abu Hurairah. Dalam suatu riwayat dikemukakan, pada waktu Perang Uhud gugurlah 64 orang sahabat dari kaum Anshar dan 6 orang dari kaum Muhajirin, di antaranya Hamzah. Kesemuanya dirusak anggota badannya secara kejam. Berkatalah kaum Anshar:”Jika kami memperoleh kemenangan, kami akan berbuat lebih dari apa yang mereka lakukan.” Ketika terjadi pembebasan kota Mekkah, turunlah ayat ini (Q.S. 16 An-Nahl: 126) yang melarang kaum Muslimin mengadakan pembalasan yang lebih kejam dan menganjurkan supaya bersabar. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yang menganggap Hadits ini hasan, dan al-Hakim, yang bersumber dari Ubay bin Ka’b. Menurut lahiriahnya, turunnya tiga ayat terakhir ini (Q.S. 16 An-Nahl: 126-128) ditangguhkan hingga Fat-hu Makkah. Namun, mengacu pada Hadits-hadits sebelumnya, dapatlah dikatakan bahwa turunnya ayat-ayat tersebut dalam Perang Uhud. Menurut kesimpulan Ibnul Hishar, ayat-ayat ini (Q.S. 16 An-Nahl: 126-128) turun tiga kali: mula-mula di Mekah, kemudian di Uhud, dan yang ketiga kalinya pada waktu Fat-hu Mekkah, sebagai Peringatan Allah bagi Hamba-Nya[3]
Disebutkan juga dua buah hadits yang menandakan asbabun nuzul ketiga ayat ini oleh A. Mudjab Mahali: “Pada waktu Rasulullah SAW bangun di depan mayat pamannya Hamzah yang mati syahid dalam kondisi rusak tubuhnya, ia bersabda: “Aku akan membalas tujuh puluh orang dari kaum musyrikin sebagaimana mereka telah berlaku semena-mena terhadapmu, wahai pamanku”. Ketika ia sedang bangun di situ, malaikat jibril turun dengan membawa ayat ke-126 – 128 yang memerintahkan kepada Rasulullah biar mengurungkan niatnya tersebut. Sebab kesabaran akan membawa imbas yang lebih positif dari pada membalas mereka dengan kekerasan”. (HR. Hakim dan Baihaqi dalam kitab Dalail dan Imam Bazzar dari Abi Hurairah)
Pada waktu terjadi perang Uhud sebanyak 64 orang dari kalangan sahabat Anshar gugur sebagai Syuhada. Sedang dari fihak sahabat Muhajirin ada 6 orang, di antaranya Hamzah paman Rasulullah SAW. melihat kenyataan yang demikian, para sahabat Anshar berkata: ”jika kami memperoleh kemenangan dalam suatu pertempuran, akan mengadakan pembalasan serupa, atau bahkan lebih dari itu”. Sewaktu Fat-hu Makkah (kemenangan atas kota Mekkah), maka Allah SWT menurunkan ayat 126-128 yang melarang mereka untuk mengadakan pembalasan dengan kekejaman terhadap kaum musyrikin. Tidak perlu membalas mereka dengan kekejaman. Sebab kesabaran akan mendatangkan manfaat yang lebih baik”. (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubayyin bin Ka‟ab. Menurut Tirmidzi, hadis ini Hasan)[4]
Menurut A. Mudjab Al-Mahali, “secara lahiriah, hadis ini menandakan bahwa turunnya ayat ke 126-128 ditangguhkan hingga terbukanya kota Mekkah. Namun dalam hadis di atas diterangkan ayat ini turun ketika terjadinya perang Uhud”[5]
A. Mudjab Al-Mahali mengutip pendapat dan kesimpulan Ibnu Hisyar mengatakan, “ayat ini turun tiga kali Yakni: di Madinah, ketika terjadi perang Uhud, dan pada waktu terbukanya kota Mekkah. Yang demikian dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada kaum kuslimin biar senantiasa bersabar dan penuh perhitungan dalam segala tindakan”.[6]
Jadi turunnya ayat 126 surat An-Nahl ini melanjutkan klarifikasi pada ayat sebelumnya (ayat 125), bahwa pada ayat 125 Rasulullah bersumpah bahwa ia akan membalas apa yang dilakukan pada hamzah kepada tujuh puluh orang kafir, sehabis turunnya ayat ini Rasulullah mengurungkan niatnya, dan ia menjelaskan berdasarkan ayat ini apabila ingin membalas makan balas dengan jawaban yang sama/setimpal atau bersabar itu lebih baik lagi.

V.                Tafsir al-Ayat
Ayat 125 :
Ayat ini menyatakan: Wahai Muhammad, serulah, yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni pemikiran islam dengan pesan tersirat dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau mencurigai pemikiran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara berdakwah yang hendaknya engkau tempuh menghadapi insan yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah, lantaran sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui dan siapa pun yang menduga tahu wacana siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga menerima petunjuk.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus diubahsuaikan dengan target dakwah. Terhadap cendekiawan yang mempunyai pengetahuan tinggi diperintahkan memberikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.Terhadap kaum awam, diperintahkan untuk menetapkan mau‟izhah, yakni memperlihatkan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap Ahl al-Kitab dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan ialah jidal/perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan kebijaksanaan dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.[7]
Dalam bukunya Tafsir al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan wacana ayat 125, bekerjsama pada ayat ini diperintahkan untuk mengajak siapa pun biar mengikuti prinsip-prinsip pemikiran Bapak para Nabi dan Pengumandang Tauhid.[8]
M. Quraish Shihab juga menjelaskan arti kata mengenai ayat 125 ini. Kata pyJõ3Ïtø    hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila diperhatikan / dipakai akan mendatangkan kemaslahatan dan akomodasi yang besar dan lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar Kata (psàÏãöqyJ) berarti nasihat. Mau‟izhah ialah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Kata ø9Ï»y_  jadil yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih kawan diskusi dan menjadikannya tidak sanggup bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh kawan bicara.[9]
Dalam ayat ini penulis mengamati penafsiran ayat 125 berdasarkan M. Quraish Shihab berkaitan dengan metode pendidikan, pada ayat ini mengandung beberapa metode pendidikan. Yaitu metode pendidikan dengan mau‟izhah atau nasehat dan metode pendidikan dengan cara diskusi.
Ayat 126 :
Dan mengenai ayat 126, M. Quraish Shihab menandakan bahwa ayat ini menjelaskan bagaimana menghadapi orang-orang yang membangkang dan melaksanakan kejahatan terhadap para pelaku dakwah.[10] Beliau juga mengutip Thahir Ibn Asyur yang menjelaskan ayat ini dimulai dengan “dan”, yakni dan apabila kau membalas, yakni menjatuhkan eksekusi kepada siapa yang menyakitimu, maka balaslah yakni hukumlah dia persis sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kau atau kesalahan yang mereka lakukan. Jangan sedikitpun melampaui batas. Akan tetapi, bila kau bersabar dan tidak membalas, maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi para penyabar baik di dunia maupun di alam abadi kelak.[11] Dalam ayat ini penulis mengamati penafsiran ayat 126 berdasarkan M. Quraish Shihab berkaitan dengan metode pendidikan, pada ayat ini mengandung metode pendidikan, yaitu metode pendidikan dengan eksekusi (pemberian hukuman).

VI.             Munasabah al-Ayat bi al-Ayat
ãök¤9$# ãP#tptø:$# ̍ök¤9$$Î/ ÏQ#tptø:$# àM»tBãçtø:$#ur ÒÉ$|ÁÏ% 4 Ç`yJsù 3ytGôã$# öNä3øn=tæ (#rßtFôã$$sù Ïmøn=tã È@÷VÏJÎ/ $tB 3ytGôã$# öNä3øn=tæ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# yìtB tûüÉ)­FßJø9$# ÇÊÒÍÈ  
Bulan Haram dengan bulan haram[118], dan pada sesuatu yang patut dihormati[119], Berlaku aturan qishaash. oleh lantaran itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (al-Baqarah/2: 194)

[118] Kalau umat Islam diserang di bulan haram, yang sebenarnya di bulan itu dilarang berperang, Maka diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga.
[119] Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
Dalam ayat ini menandakan memang benar bahwa bila kita dizhalimi, kita diperbolehkan untuk membalas dengan jawaban yang setimpal atau semisalnya.
(#ätÂty_ur 7py¥ÍhŠy ×py¥ÍhŠy $ygè=÷WÏiB ( ô`yJsù $xÿtã yxn=ô¹r&ur ¼çnãô_r'sù n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÍÉÈ  
Dan Balasan suatu kejahatan ialah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik[1345] Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (asy-Syura/42: 40)
[1345] Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Ayat ini menjelaskan wacana membalas dengan jawaban yang seimbang. Dengan penganiayaan yang dialami. Tidaklah dibenarkan oleh agama melaksanakan pembalasan atau aturan yang melebihi dari kesalahannya. Tindakan yang berlebihan itu ialah suatu kezalaiman. Batas tertinggi dari pembalasan itu ialah sama seimbang dengan kesalahan itu. Ayat ini hanyalah memperlihatkan kebolehan untuk melaksanakan pembalasan atas suatu kesalahan, asal saja dalam batas seimbang dan sepadan dengan kesalahan itu dan bukan penunjukkan “harus diberi pembalasan dengan pembalasan yang sama setimpal”.

VII.          Munasabah al-Ayat bi al-Hadits
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاّ عِزَّ
Hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap kali seseorang memaafkan orang yang menzhaliminya, maka Allah akan semakin mengangkat derajatnya lantaran Allah tidaklah menambah kepada seorang hamba dengan perbuatan memaafkannya melainkan menambahkan untuknya kemuliaan.

VIII.       Khulashah: Hikmah Tasyri’ dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam
·      Allah menurunkan wahyu berupa ayat al-Qur’an yang dilatarbelakangi oleh satu atau beberapa lantaran sebagai prolog suatu perintah yang wajib ditaati oleh para hamba-Nya.
·      Dengan ada lantaran tersebut akan semakin gampang untuk mengingat atau mengenang suatu perintah dan sanggup dipraktikkan pribadi pada ketika terjadinya.
·      Salah satu  metode pendidikan ialah dengan mau’izhah atau nasehat dan metode pendidikan dengan cara diskusi.
·      Ayat tersebut diturunkan untuk mengingatkan insan biar membalas suatu kejahatan itu dengan kejahatan yang serupa, akan tetapi lebih baik kita bersabar, lantaran itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar.
·      Mengajak setiap orang beriman untuk lebih bersabar ketika adanya suatu kejahatan yang menimpa kita.




[1] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. dari: Tafsir Jalalain oleh Bahrun Abu Bakar,(Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2000), cet. VI, h.1117.
[2] Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat AL-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. I h. 336-337
[3] K.H.Q. Shaleh, dkk.,Asbabun Nuzul Latar Belzakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur‟an, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007)., h. 317-318.
[4] A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al-Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Press), h. 262.
[5] A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al-Qur‟an,…h.263.
[6] A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al-Qur‟an,…h.263.
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7, (Ciputat: Lentera Hati, 2007), cet. VIII, h.390-391.
[8] Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7,…h.390.
[9] Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7,…h.391-392.
[10] Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7,…h.394.
[11] Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an Volume 7,…h.394.

Belum ada Komentar untuk "Makalah Tafsir Ayat-Ayat Perihal Metode Pendidikan Islam [Kajian Surat Al-Nahl/16: 125-126]"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel