Makalah Pengertian Stratigrafi Teknik Pertambagan
Stratigrafi mempelajari susunan pengendapan lapisan sepanjang waktu geologi. Stratigrafi ialah cara memerikan (description) urutan lapisan-lapisan sedimen ke arah vertikal di suatu kawasan tertentu dengan mempergunakan asas Stratigrafi dan memperhubungkannya dengan waktu. Asas Stratigrafi berbunyi sebagai berikut: "pada suatu urutan lapisan-lapisan batuan endapan, maka lapisan-lapisan yang ada di bawah selalu lebih bau tanah daripada yang ada di atasnya". Urutan-urutan Stratigrafi di banyak sekali kerak bum! harus dibanding-bandingkan, dan bagian-bagian yang terbentuk dalam waktu yang bersamaan harus diketahui. Cara untuk membandingkan urutan Stratigrafi tersebut yaitu dengan mengkorelasikan atau menasabahkan.
Gambar. (a) cara mengkolerasi
Perlapisan Sedimen
Perwujudan sedimen yang tampak sebagai suatu benda yang pipih dan berbentuk lempeng atau kanta, yang secara litologi homogen (bersusunan sama). Stratum (=satuan sedimen) merupakan potongan pengendapan yang terbentuk selama susunan fisika dan kimianya sama. Perlapisan sanggup sejajar maupun tidak sejajar. Contoh perlapisan sanggup dilihat dalam Gambar b.
Pendekatan yang dilakukan disini bersifat deskriptif, serta menurut pada bentuk dan geometri, dan semuanya terbagi kedalam 4 type perlapisan. Aspek genesa dari suatu perlapisan dan struktur sanggup ditemukan pada potongan 8. Sebuah set dari satu unit lithologi terdiri dari dua atau lebih lapisan secara berurutan pada lithologi yang sama.
Apa yang menjadi syarat utama sebuah lapisan? Salah satu yang terpenting yaitu ketebalan dan kesinambungan secara lateral. Beberapa cara telah dilakukan untuk mendeskripsikan ketebalan dan mendefinisikan bagian-bagian yang menjadi unsur ketebalan tersebut, (Grumbt,1969,Gbr 7). Kesinambungan lateral merupakan variasi dari permasalahan ketebalan. Beberapa perlapisan secara megaskropis tidak mempunyai perubahan dalam ketebalannya sperti pada struktur ripples, wavy dan flasser serta beberapa struktur lainnya (Roineck dan Wunderlich, 1968).
Perlapisan, menyerupai sifat batuan yang lainnya, sangat gampang untuk dilakukan pengukuran, terutama apabila dilakukan secara vertical. Pengukuran terhadap ketebalan lapisan merupakan potongan dari seluruh studi stratigrafi. Ketebalan lapisan sangat bekerjasama dengan arus, arus berpengaruh sanggup menjadikan timbulnya lapisan yang tebal serta ukuran butirnya yang relatif bernafsu atau besar. Banyak dari ketebalan perlapisan sanggup dilihat pada table normal log (Gbr. 4-2) dan terlihat lebih miring terhadap lapisan yang lebih tipis. Kelley (1956, p.299) memperlihatkan index stratifikasi, menyerupai nomor lapisan >< 100 yang terbagi oleh ketebalan pada potongan yang terukur, walau tidak semuanya digunakan, hal ini sangat penting untuk mengetahui rata-rata dari ketebalan lapisan yang terukur, Bookman (1957) memperlihatkan sebuah geometris theta scaleyang sanggup dipakai untuk perhitungan secara statistic. Sebuah geometric scale yang merupakan pola Bookman untuk menormalkan miringnya distribusi ketebalan harus sama dengan phi scale untuk distribusi ukuran.
Pada distribusi statistic lainnya menyerupai mean, mode, dan beberapa pengukuran terhadap penyebaran diperlukan untuk ,menspesifikasikan sekuen perlapisan. Plot terhadap penampang vertical dari ketebalan lapisan (rhythmograms) telah dipakai untuk penentuan hubungan atau mencari siklus pembentukannya (Dean dan Anderson, 1967).Sebagai contoh hal tersebut telah diujikan terhadap endapan es atau varves dan proses evaporasi. Rhytmograms sanggup juga dipakai dalam mencari hubungan fasies, menyerupai turbidit yang sanggup membentuk sekuensi perlapisan.
Empat type perlapisan dari tabel 4-2 memperlihatkan kemajuan terhadap sebaran maksimum (keseragaman dari ketebalan baik didalam atau diantara perlapisan) hingga sebaran minimum (variabel ketebalan didalam dan diantara lapisan ditambah lapisan yang tidak menerus). Ini merupakan sebuah kemajuan terhadap keseragaman hingga kondisi pengaliran yang tidak beraturan – dari kenampakan pengendapan tanpa pengikisan hingga pengendapan yang disertai struktur erosional menyerupai scour dan fill.
Pengaturan internal dan struktur. Secara internal suatu lapisan sanggup (1) massive atau tidak mempunyai struktur sama sekali, (2) sanggup juga horizontal laminasi atau diagonal \ cross laminasi , (3) sanggup graded, (4) sanggup terdapat imbrikasi, (5) sanggup juga terdapat growth struktur yang dihasilkan oleh presiptasi secara ritmik \ periodic atau oleh organisme menyerupai stromatolit. Sebagai catatan sturtur stromatolit algae sangat jarang ditemukan pada kerikil pasir. Perlapisan Massive merupakan lapisan tanpa struktur internal. Hamlin (1965) dan para pekerjanya dalam proyek pengeboran dalam lautan telah membuktikan ( fig 4-3) lapisan massive dari kerikil pasir yang terlihat sangat jarang.Tetapi tidak semuanya, kerikil pasir pebbly merupakan lapisan massive dan berisi pebbles yang terisolasi, dan bahkan cobble mengapung dalam kerikil pasir kerikil pasir dan disebut sebagai kerikil pasir mudflow tetapi lebih sempurna dikelompokan sebagai debris
Perlapisan laminasi, dikarakteristikan oleh sedimentasi dengan ketebalan kurang dari 10 mm, dan terkadang tampak menyerupai flagstone apabila dilihat secara keseluruhan. Lapisan laminasi membentuk sebagian kecil dari banyak kerikil pasir dan hampir terdapat pada setiap lingkungan pengendapan mayor .
Cross bedding merupakan salah satu struktur yang khas dari kerikil pasir (fig 4-5) struktur ini dikenal pula sebagai current bedding, dan terdapat baik pada kerikil pasir primer maupun sekunder.
Maksudnya yaitu dibatasi dan perlapisan melereng dari talus dan pertumbuhan lateral deposit menyerupai kemiringan lereng dari sebuah titik perlapisan sebaik stratifikasi lainnya dengan kemiringan awal menyerupai yang dibuat oleh pertumbuhan basin dari sebuah delta yang berdekatan dengan pantai. Kita membedakan crossbedding dari cross lamination dengan ketebalan lapisan. Apakah lapisan mempunyai ketebalan terbesar atau kurang dari 10 mm ? Tapi lihat Campbell (1967) untuk perbedaan penggunaan.
Beberapa penjabaran dari crossbedding tergantung pada geometri struktur, yang telah diklasifikasikan oleh McKee dan Wier (1953). Allen (1963) mengenal 15 jenis tipe-tipe dari epsilon. Lapisan inklin dibuat oleh pertumbuhan lateral telah dipakai secara luas. Jenis crossbedding allen disebut juga perlapisan sidefill. Pada kenyataannya sulit untuk memakai penjabaran ini lantaran tidak cukup lengkap untuk memilih derma kelas crossbedding bahkan itupun sulit dalam singkapan kecil, untuk membedakan bidang dan trough crossbedding.
Sebagai aturannya hanya pemotongan berturut-turut tidak menguatkan pasir pada geometri yang benar. Normalnya satu dibatasi untuk dua situasi: Pemotongan vertikal menyilang atau crossbedding, yang paling mempunyai kegunaan mungkin yaitu pemotongan longitudinal, yaitu satu pararel ke aliran gelombang. Pada setiap pemotongan satu sanggup dilihat ada atau tidak jejak dari bidang yang dibuat kumpulan apakah pararel atau konvergen, apakah jejak dari permukaan foreset lurus atau belok, dan apakah mereka bersinggungan ke dasar lapisan atau tidak. Salah satunya juga sanggup memilih skala crossbedding, yaitu ketebalan dari set (Gbr.4-6 dan 4-7). Perselingan crossbedding dari set tetapi ketebalan 1 cm atau 2 cm (skala kecil) ke 30 cm atau lebih (skala besar). Rata-rata batupasir paling banyak yaitu 15- 60 cm. Pengamat juga sanggup mengukur sudut dihedral antara perlayer dari setiap permukaan set dan foreset. Sudutnya membuktikan posisi kemiringannya, ini merupakan sebuah pendekatan tetapi tidak sepenuhnya benar sebagai sebuah sudut terukur, mungkin saja dipengaruhi oleh deformasi. Kegunaan yang utama yaitu un tuk mengukur azimuth dari bidang foreset yang berfungsi sebagai penentu arah arus purba. De celles et al. (1953) mereview metode pengukuran terhadap crossbedding dan memperlihatkan dua metode baru. Pada kemiringan lapisan yang disebabkan tektonik, dip dari bidang foreset dan juga dip dari perlapisan bekerjsama (true dip), keduanya sanggup tercatat dan azimuth dari arus dasar sanggup ditentukan sesudah dilakukan koreksi terhadap kemiringan tektonik – koreksi sanggup dilakukan dengan memakai proyeksi stereografi atau oleyh komputasi (perhitungan).
Pada penampang vertikal dari suatu perlapisan sangat sedikit sekali diperoleh isu mengenai aliran arus kecuali pada struktur crossbedding. Apabila seluruh penampang tersingkap maka kita sanggup mengukur kedalaman (kedalaman maksimum dari set perlapisan ) dan lenarnya kemudian sesudah itu kita bandingkan lebar dan kedalamannya. Secara umum, rasio antara lebar dan kedalaman telah ditetapkan dalam skala internasional ( independent ).
Banyak kegunaan yang sanggup diperoleh dari bidang perlapisan terutama untuk unit cross bedding.sebuah penampang dari perlapisan sanggup dipakai untuk memilih sumbu ( bisektris ) dari sebuah set bidang perlapisan –arah dari arus purba. Penampang dari bidang perlapisan banyak dipakai sebagai media untuk mengenali bidang crossbedding dan bidang tabular set. Pada arah horizontal dari arah poros set mempunyai bentuk kurva diseluruh set dari crossbedding; juga mempunyai bentuk yang hamper lurus apabila terdapat pada crossbedding yang datar
Sangat penting untuk mengamati hubungan diantara set dari crossbedding, lantaran mungkin saja set dari crossbedding tersebut saling bersusunan antara yang saut dan yang lain. Umumnya untuk sebuah set dipisahkan dari yang lainnya oleh suatu lapisan atai layer. Biasanya pada potongan top set atau back set lah yang akan terlihat secara horizontal pada singkapan, perlapisan back set denganporos set yang agak miring menjadikan dip nya searah dengan arus pengendapan menyerupai yang ditemukan pada antidunes-hal ini juga terdapat pada pengendapan pasir yang tejadi dengan sangat cepat, tapi hal tersebut sangat jarang.Untuk ripple crosslaminasi terdapat pada kondisi tertentu. Ripple yang tampak muncul keatas dan mempunyai bentuk yang tidak beraturan disebut climbing ripples atau ripple-drift laminasi.
Set dari crossbedding atau crosslaminasi mempunyai permukaan dengan kemiringan sudut yang rendah atau kecil dan dipisahkan dengen yang lainnya dengan foreset, juga biasanya mempunyai orientasi dan disebut reactivation surface ( Gbr 4-8 ). Reactivation surface marupakan contoh yang manis dalam setiap pembelajaran mengenai struktur sediman asli : pengikisan oleh angina terhadap gelombang pasir pada kedalaman air yang konstan disebabkan oleh penurunan permukaan air atau perubahan secara parsial (sebagian ) pada arah aliran.(McCabe and Jhon ,1977 ,pp.713-14 ).
“Hummocky” cross bedding ( Gbr 4-9 ) kurang sanggup dijelaskan dengan baik tetapi sanggup dikenali dari kenampakan menyerupai gundukan yang rendah dan berlobang yang dibantuk oleh pergerakan gelombang, Harrms et al (1982 , Gbr 3-15 ). Hummocky crossbedding umumnya mempunyai ukuran butir dari fine hingga medium, terlaminasi dengan baik, layer dengan kemirimgan yang kecil dan mempunyai arus purba yang bervariasi ( lihat p 334 ).
Cross-laminasi sanggup terdeformasi – baik pada ketika pengendapan oleh materi atau partikel tertentu dari deformasi sediman halus atau oleh tegangan gerus ( shear ) selama pergerakan tektonik. Deformasi penecontemporer normal menghasilkan foreset yang curam, dalam beberapa kasus bahkan hamper terbalik : deformasi tektonik merupakan penyebab utma terjadinya morfologi yang curam atau datar atau distorsi yang lainnya ( Ramsey 1961 ). Secara penecontemporer crssbedding yang terdeformasi telah diklasifikasikan pada empat type (Gbr 4-10 ).
Crossbedding merupakan produk migrasi arus dasar dari gelombang pasir.Untuk skala crosslaminasi yang sangat kecil merupakan produk dari migrasi terhadap ripple. Hampir dari seluruh kerikil pasir fluvial dibuat oleh migrasi dari subaquaeus dunes yang membentuk struktur dengan skala medium. Crossbedding dengan skala besar merupakan produk dari migrasi dunes yang besar, baik subaquaeus atau eolian. Faktor-faktor menyerupai skala, sudut kemiringan, tangensial, bidang struktur atau cetakan struktur, atau bidang dimensi serta rasio dari kedalaman dan lebar pernah dibahas (Harms et al, 1982. potongan 3) dan didiskusikan pada potongan 8, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk mengetahui karakteristik dari struktur masih banyak yang harus dipelajari terutama dari prosedur transport sediment – Bagaimana bentuk lapisan berubah terhadap ukuran butir, intesitas aliran, kedalamn air, dan faktor lainnya. Menurut pendapat beberapa hebat mengemukakan bahwa sebagian besar dari type struktur menyerupai crossbedding sangat bersahabat hubungannya dengan proses fisik dari pada lingkungan sedimennya – kecuali pada hummocky crossbedding. Data interpretasi maximum sanggup diperoleh dengan melaksanakan pendekatan terhadap banyak sekali macam faktor dan skala crossbedding serta crosslaminasi pada vertical sekuen dan fasies, juga dengan cara melaksanakan pengukuran secara teliti terhadap arus purba.
Graded bedding merupakan sebuah lapisan dengan ukuran butir yang menghalus keatas (Gbr 4-11 dan 4-12), graded beds dibuat oleh pengendapan dari arus turbidid dan mempunyai ketebalan dengan kisaran centimeter atau lebih. Material dari graded sanggup terdiri dari silt, pasir atau bahakan gravel. Pada umumnya unit graded bedding sebagian besar terdiri dari material butiran berukuran coarse.
Pada umumnya ketebalan greywacke berkisar antara beberapa centimeter hingga beberapa meter, lapisan yang ketebalannya lebih tipis tampaknya hanya berupa potongan saja. Graded sekuen menampilkan distribusi dari ketebalan log normal, lapisan graded pada umumnnya mempunyai potongan dalam yang terang struktur sekuen secara vertical menyerupai halnya ukuran butir yang merupakan suatu respon dari arus yang tidak teratur(fig.4-13). Biasanya graded bedding ditenukan di potongan lapisan pada kerikil pasir immature-graywacke-dari geosinklin,disini densitas atau arus turbidit-turbit adonan dari lempung,pasir dan air dipercaya oleh kebanyakan hebat sedimentologi untuk mengalir menuju kawasan dengan kemiringan rendah secara periodic dan mengangkut pasir menuju kedalaman air dimana biasanya hanya lumpur yang akan terakumulasi tidak menyerupai cross bedding, lapisan graded dari turbidit sanggup mempunyai panjang secara lateral, beberapa potongan tunggal bahkan telah dikorelasikan untk beberapa kilometer.
Perwujudan sedimen yang tampak sebagai suatu benda yang pipih dan berbentuk lempeng atau kanta, yang secara litologi homogen (bersusunan sama). Stratum (=satuan sedimen) merupakan potongan pengendapan yang terbentuk selama susunan fisika dan kimianya sama. Perlapisan sanggup sejajar maupun tidak sejajar.
Keselarasan dan Ketidakselarasan Batuan
Ketidakselarasan batuan (unconformity) merupakan indikasi adanya perubahan sementara atau permanen dari kondisi-kondisi masa lampau. Perubahan-perubahan kondisi tersebut memperlihatkan adanya fase orogenik, transgress! atau regressi, perubahan fasies, perubahan iklim, dan perubahan faunal sepanjang waktu. Ketidakselarasan sanggup dipakai untuk memilih batas-batas sistem stratigrafi atau sistem subdivisi.
Ketidakselarasan mempunyai tiga aspek penting yang perlu diketahui. Ketiga aspek penting tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Aspek waktu
Ketidakselarasan berkembang selama periode tertentu ketika tidak ada sedimen yang terendapkan waktu itu. Dengan kata lain, ketidakselarasan mencerminkan waktu yang tidak tercatat.
2. Aspek pengendapan/deposisi
Pada ketidakselarasan terdapat interaksi proses pengendapan, yang meliputi wilayah luas maupun sempit. Jumlah material yang diendapkan didominasi oleh yang berada pada tingkat rendah.
3. Aspek struktur
Ketidakselarasan sanggup terjadi dalam bentuk struktur planar yang memisahkan lapisan bau tanah dan muda. Bidang ketidakselarasan sanggup berupa bidang yang lapuk, erosi/denudasi (suatu permukaan yang non-deposisional). Struktur ketidakselarasan sanggup sejajar dengan lapisan teratas sanggup pula tidak teratur (irregular). Apabila terjadi gerakan bumi yang lebih lanjut sanggup menghasilkan lipatan atau patahan.
Tipe-tipe ketidakselarasan
1. Angular unconformity
Lapisan terbawah yaitu lapisan yang tua, mempunyai dip yang berbeda terhadap lapisan di atasnya. Tipe ini meliputi hal-hal yang tidak terkait dengan adanya proses pelipatan.
2. Paralel unconformity
Lapisan terbawah dan lapisan teratas mempunyai dip yang hampir sama dan arahnya sama.
3. Non-depositionat unconformity
Tipe ini merupakan tipe yang sulit ditemui atau sedikit ditemukan di
lapangan. Periode pembentukan tipe ini relatif pendek, bersifat lokaf, dan tidak terjadi proses deposisi dalam satu waktu. Pada tipe ini juga tidak ditemui adanya gejala-gejala endogen
4. Heterolithic unconformity
Tipe ini terbentuk apabila sedimen menumpang di atas batuan beku intrusi atau menumpang di atas batuan metamorf.
Sketsa tipe-tipe ketidakselarasan sanggup dilihat pada Gambar dibawah..
Belum ada Komentar untuk "Makalah Pengertian Stratigrafi Teknik Pertambagan"
Posting Komentar