Makalah Pengertian Ejaan Dalam Bahasa Indonesia
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memperlihatkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami sanggup menuntaskan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
Pembuatan makalah ini diperlukan sanggup menjadi salah satu wadah pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam pelajaran bahasa Indonesia terkhusus pada pelafalan, pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan huruf, kata, partikel, dan angka bilangan.
Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk mendapatkan kritik dan saran yang mempunyai kegunaan untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini sanggup memperlihatkan pengetahuan dalam proses pembelajaran utamanya dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar.
Gowa, 16 september 2012
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN
1. Latar belakang................................................
2. Tujuan.............................................................
BAB ll PEMBAHASAN
1. Pengertiaan ejaan .........................................
2. Pelafalan........................................................
3. Pemakaian huruf............................................
4. Pemisahan Suku Kata.......................................
5. Penulisan Huruf..............................................
6. Penulisan Kata................................................
7. Partikel lah, kah, tah, pun,dan per ..................
8. Angka dan Lambang Bilangan.........................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.....................................................
2. Saran................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang suatu Adalah kesalahan besar bila kita menganggap bahwa duduk masalah dalam pemilihan kata ialah suatu duduk masalah yang sederhana, tidak perlu dibicarakan atau dipelajari lantaran akan terjadi dengan sendirinya secara masuk akal pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya.Kita pun juga menjumpai orang-orang yang boros sekali dalam menggunakan perbendaharaan katanya, namun tidak mempunyai makna yang begitu berarti.Oleh lantaran itu supaya tidak terseret ke dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu, berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ilham atau gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan. Tujuan insan berkomunikasi lewat bahasa ialah supaya saling memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata bekerjasama dekat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah korelasi sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga goresan pena atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih gampang dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata bekerjasama dekat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah korelasi sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga goresan pena atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih gampang dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian ejaan
- Menggunakan huruf-huruf dalam bahasa indonesia secara tepat
- Memisahkan kata atas suku kata secara cepat
- Menuliskan huruf besar (kapital) dan huruf miring secara cepat
- Menulis kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan adonan kata secara cepat
- Menulis kata depan, kata ganti, kata sandang, partikel, angka dan bilangan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD)
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf danpenyusunan huruf aspek morfologi yang menyangkut penggambaransatuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penandaujaran tanda baca (Badudu, 1984:7).Keraf (1988:51) mengatakan bahwaejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkanlambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antaralambang-lambang itu (pemisahannya,penggabungannya) dalam suatubahasa. Adapun menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah caramenggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian,secara sederhana sanggup dikatakan bahwa ejaan ialah seperangkat kaidahtulis-menulis yang mencakup kaidah penulisan huruf, kata, dan tandabaca.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) ialah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk menciptakan goresan pena dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) ialah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk menciptakan goresan pena dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .
A. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan sanggup terjadi lantaran lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, ibarat bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, contohnya /a/ atau /g/, sanggup diucapkan dengan aneka macam wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia diubahsuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
-teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]
-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai kependekan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar ibarat yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]
-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]
Hal yang perlu menerima perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, tubuh hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya diubahsuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan menentukan apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang sanggup saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa sanggup saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
- coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]
- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, ibarat pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, ibarat pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata ibarat itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut lantaran lafal kata pungut diubahsuaikan dengan lafal bahasa asalnya, ibarat kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
B. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ hingga dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan kini huruf-huruf tersebut digunakan secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:
- fakta dihentikan diganti dengan pakta
- aktif dihentikan diganti dengan aktip
- valuta dihentikan diganti dengan paluta
- pasif dihentikan diganti dengan pasip
- ziarah dihentikan diganti dengan jiarah, siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya sanggup digunakan untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ sanggup digunakan untuk lambang, ibarat xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan final kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
- Alquran tetap ditulis Alquran (nama)
- aquarium harus ditulis dengan akuarium
- quadrat harus ditulis dengan kuadrat
- taxi harus ditulis dengan taksi
- complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
- ta’zim harus diganti dengan taksim
- ma’ruf harus diganti dengan makruf
- da’wah harus diganti dengan dakwah
- ma’mur harus diganti dengan makmur
C. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu sanggup didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada potongan final setiap baris tulisan. Pengguna bahasa dihentikan melaksanakan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, contohnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan ibarat berikut ini.
1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh:
bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
5. Pada final baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan. Contoh:
Salah Benar
ikut ju- ikut j-
ga uga
masalah masalah i-
tu itu
6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga dihentikan berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
pengam- pengam
bilan . bilan.
bela- bela -
jar jar
D. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
1. | Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. | ||||||||||||||
Misalnya: Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam. | |||||||||||||||
2. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. | ||||||||||||||
Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat." | |||||||||||||||
3. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang bekerjasama dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. | ||||||||||||||
Misalnya:
|
| |||
4. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. | |
Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim | |||
b. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. | ||
Misalnya: Dia gres saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini ia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah sepertikiai. | |||
5. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama kawasan yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. | |
Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah | |||
b. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. | ||
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen. | |||
c. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama kawasan tertentu. | ||
Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal. | |||
6. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. | |
Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere | |||
Catatan: |
(1) | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama ibarat pada de,van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). | |
Misalnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama | ||
(2) | Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. | |
Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim Zaitun binti Zainal |
b. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kependekan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. | |||||||||
Misalnya:
| ||||||||||
c. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. | |||||||||
Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere | ||||||||||
7. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. | ||||||||
Misalnya: bangsa Eskimo suku Sunda bahasa Indonesia | ||||||||||
b. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. | |||||||||
Misalnya: pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan | ||||||||||
8. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. | ||||||||
Misalnya:
| ||||||||||
b. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur unsur nama kejadian sejarah. |
Misalnya: Perang Candu Perang Dunia I Proklamasi Kemerdekaan Indonesia | ||||||||||||||||
c. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kejadian sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. | |||||||||||||||
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perangdunia. | ||||||||||||||||
9. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. | ||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
b. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
c. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi bila kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
d. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
e. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. | |||||||||||||||
Misalnya: nangka belanda kunci inggris petai cina pisang ambon | ||||||||||||||||
10. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, forum resmi, forum ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, ibarat dan, oleh, atau, dan untuk. | ||||||||||||||
Misalnya: |
Republik Indonesia Departemen Keuangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak | ||||||||||||||||||||||
b. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, forum resmi, forum ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku | ||||||||||||||||||||||
Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, forum resmi, forum ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, contohnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. | ||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pemberian honor bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah kasus itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur. | ||||||||||||||||||||||
11. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang tepat yang terdapat pada nama forum resmi, forum ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan | ||||||||||||||||||||||
12. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata kiprah seperti di, ke, dari,dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia ialah biro surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menuntaskan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata". | ||||||||||||||||||||||
13. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur kependekan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. | |||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
| ||||||
Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993. | ||||||
14. | a. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk korelasi kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak,adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. | ||||
Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Besok Paman akan datang. Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu. | ||||||
b. | Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk korelasi kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. | |||||
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta. | ||||||
15. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. | |||||
Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik. | ||||||
16. | Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada kata, ibarat keterangan, catatan, dan contohnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu |
b.Penulisan Huruf Miring
1. | Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. |
Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagamakarangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka. | |
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik. | |
2. | Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, potongan kata, kata, atau kelompok kata. |
Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, melainkan ditipu. Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital. |
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan. | ||
3. | a. | Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. |
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang bau tanah harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'. | ||
b. | Ungkapan abnormal yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. | |
Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus. | ||
Catatan: Dalam goresan pena tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. |
E.Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal. b. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa adonan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal. b. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa adonan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang pribadi mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa adonan kata menerima awalan dan akhiran unsur , gabungan kata itu ditulis serangkai
Misalnya:
menggarisbawahi,menyebarluaskan,dilipatgandakan,penghancurleburan.
4. Jika salah satu unsure adonan kata hanya digunakan dalamkombinasi,gabungankata
itu ditulis serangkai
4. Jika salah satu unsure adonan kata hanya digunakan dalamkombinasi,gabungankata
itu ditulis serangkai
Contoh: antarkota,dasawarsa,adipati,audiogram,ekstrakurikuler,elektroteknik,introspeksi,semipropesional,dan lain-lain.
c. Penulisan Kata Ulang
1. | Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. |
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
| ||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: kekanak-kanakan perundang-undangan melambai-lambaikan dibesar-besarkan memata-matai |
Catatan:
Angka 2 sanggup digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, ibarat dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. |
Misalnya: Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang2 yang berminat saja. Mereka me-lihat2 pameran. Yang ditampilkan dalam pekan raya itu adalah buku2 terbitan Jakarta. Bajunya ke-merah2-an |
d. Gabungan Kata
1. | Unsur-unsur adonan kata yang lazim disebut kata beragam ditulis terpisah. | ||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||
2. | Gabungan kata yang sanggup menjadikan kesalahan pengertian sanggup ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang |
bersangkutan. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
e. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;-ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, sepertikepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana ia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat kekantor.
Saya pergi kesana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana ia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat ibarat di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja duduk masalah yang tidak penting itu.
F. Partikel
1. | Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik! Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? | |
2. | Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Apa pun permasalahannya, ia sanggup mengatasinya dengan bijaksana. Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah tiba ke rumahku. Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di kawasan itu. | |
Catatan: Partikel pun pada adonan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. | |
Misalnya: Adapun sebab sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga, kiprah itu akan diselesaikannya. Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya sanggup dijadikan pegangan. Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri. | |
3. | Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. |
Misalnya: Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu. Harga kain itu Rp50.000,00per helai. |
Pegawai negeri menerima kenaikan gaji per 1 Januari. | |
Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. |
G. Angka dan Bilangan
Bilangan sanggup dinyatakan dengan angka atau kata.Angka digunakan sebagai lambang bilangan atau nomor.Di dalam goresan pena lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab | : | 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 |
Angka Romawi | : | I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000) |
1. | Bilangan dalam teks yang sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali bila bilangan itu digunakan secara berurutan ibarat dalam perincian atau paparan. |
Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memperlihatkan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan. | |
2. | Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, bila lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah supaya bilangan yang tidak sanggup ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. |
Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta. | |
Bukan: 250 orang penerima diundang Panitia dalam seminar itu. | |
3. | Angka yang memperlihatkan bilangan utuh besar sanggup dieja sebagian supaya lebih gampang dibaca. |
Misalnya: Perusahaan itu gres saja menerima pinjaman 550 miliarrupiah. Dia mendapatkan pemberian Rp250 juta rupiah untuk menyebarkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun. | |
4. | Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. |
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
Catatan:
| ||||||||||||||||||||
5. | Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. | |||||||||||||||||||
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5 Hotel Mahameru, Kamar 169 | ||||||||||||||||||||
6. | Angka digunakan untuk menomori potongan karangan atau ayat kitab suci. | |||||||||||||||||||
Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 2: 3 | ||||||||||||||||||||
7. | Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. | |||||||||||||||||||
a. | Bilangan utuh | |||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
b. | Bilangan pecahan | |||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
| ||||||||||||
8. | Penulisan bilangan tingkat sanggup dilakukan dengan cara berikut. | |||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||
9. | Penulisan bilangan yang menerima akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan perihal tanda hubung, | |||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||
10. | Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, ibarat sertifikat dan kuitansi). | |||||||||||
Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00. | ||||||||||||
11. | Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. | |||||||||||
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak$5,000.00 (lima ribu dolar). | ||||||||||||
Catatan:
|
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita sanggup menarik kesimpulan/penulis mencoba memperlihatkan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan memperlihatkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Kaprikornus dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini lantaran tanpa bahasa kita tidak akan sanggup berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus sanggup menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, lantaran dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang sanggup dipahami atau gampang dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas sanggup memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus sanggup menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, lantaran dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang sanggup dipahami atau gampang dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas sanggup memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.
2. SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai potongan dari bangsa Indonesia sanggup menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya pembagian terstruktur mengenai perihal pamakaian EYD diperlukan para pembaca sanggup memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan semoga pembagian terstruktur mengenai ini sanggup bermanfaat bagi kita semua.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Pengertian Ejaan Dalam Bahasa Indonesia"
Posting Komentar