Makalah Mewujudkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Aksara (Antara Fakta Dan Harapan)


Guru dalam bahasa jawa sering dipanjangkan dengan digugu lan ditiru (nasihatnya senantiasa dianut dan perilakunya selalu dicontoh). Dalam konteks ini ingin memperlihatkan pentingnya posisi guru dalam kehidupan masyarakat, apalagi perkembangan kini ini yang sering disebut-sebut masa krisis keteladanan. Guru yaitu unsur manusiawi yang merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan. Oleh lantaran itu,guru harus selalu meningkatkan diri untuk berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat dan penerima didik yang terus berkembang. Dalam arti khusus sanggup dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu mempunyai tanggung jawab untuk memfasilitasi para penerima didik untuk membuatkan potensi dan mendewasakan pendiriannya.
 Dalam posisi dan kiprahnya sebagai fasilitator, guru tidak semata-mata mengajar yang transfer of knowledge tetapi juga mendidik yang transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memperlihatkan tuntunan dan rambu-rambu kepada pserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai sukses hidup. Dengan demikian guru bekerjsama mempunyai kiprah yang strategis dan unik tetapi juga kompleks dalam mengantarkan penerima didik menjadi insane yang cerdas dan terampil tetapi juga bertaqwa dan berakhlak mulia.
Dalam karya tulis ilmiah ini akan kami bahas tentang: (1). Pendidikan berkarakter (2). Fakta pendidikan berkarakter (3). Harapan pendidikan berkarakter (4). Membangun huruf sikap generasi emas.
Seseorang sanggup dikatakan berkarakter jikalau telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta dipakai sebagai kekuatan moral dalam hidupnya dengan landasan hakekat dan tujuan pendidikan, berarti ia mempunyai kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, menyerupai sifat kejujuran, amanah, keteladanan , atau pun sifat-sifat lain yang menempel pada diri pendidik.
Pentingnya Pendidikan berkarakter terangkum dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 wacana sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi membuatkan tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Gambaran pendidikan berkarakter bisa dilihat pada syair tembang “Dhondhong apa Salak”. Tembang tersebut mempunyai filosofi dan nilai yang tinggi dan bermakna. Buah kedondong kulitnya halus tapi dalamnya berduri, buah salak, kulitnya bergairah tapi dalamnya halus. Keduanya tidak dipilih, yang dipilih buah duku yang kecil, kulitnya halus, dalamnya juga halus. Naik bendi tidak dipilih lantaran menyakiti hewan, naik becak tidak dipilih lantaran memeras tenaga manusia. Yang dipilih berjalan pelan-pelan. Makara betapa indahnya jikalau nilai pendidikan berkarakter yang ada pada tembang tersebut menempel pada diri insan yang hidup di dunia ini. Di sisi lain juga menggambarkan betapa pentingnya mengarungi kegiatan kehidupan didasarkan kemampuan sendiri tanpa harus memberatkan, merugikan, menyusahkan atau menyengsarakan pihak lain.
Fakta Pendidikan Berkarakter
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh huruf yang dimiliki. Hanya bangsa yang mempunyai huruf berpengaruh yang bisa menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh lantaran itu, menjadi bangsa yang berkarakter yaitu harapan kita semua.
Di kalangan pelajar dan mahasiswa dekadensi moral ini tidak kalah memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan aturan dari yang ringan hingga yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa. Kebiasaan mencontek pada dikala ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara gampang dan tanpa kerja keras pada dikala ujian nasional mengakibatkan mereka berusaha mencari balasan dengan cara tidak beretika. Mereka mencari bocoran balasan dari banyak sekali sumber yang tidak jelas. Apalagi jikalau harapan lulus dengan gampang ini bersifat institusional lantaran direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melaksanakan tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa. Plagiatisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih sering dilakukan. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa jadwal doktor. Semuanya ini memperlihatkan kerapuhan huruf di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Hal lain yang menggejala di kalangan pelajar dan mahasiswa berbentuk kenakalan. Beberapa di antaranya yaitu tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa. Di beberapa kota besar tawuran pelajar menjadi tradisi dan membentuk pola yang tetap, sehingga di antara mereka membentuk musuh bebuyutan. Tawuran juga kerap dilakukan oleh para mahasiswa menyerupai yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa pada akademi tinggi tertentu. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan pelajar dan mahasiswa yaitu meminum minuman keras, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkoba yang bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS. Fenomena lain yang mencorong gambaran pelajar yaitu dan forum pendidikan yaitu maraknya gang pelajar dan gang motor. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal menyerupai pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua sikap negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, terang memperlihatkan kerapuhan huruf yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan huruf di forum pendidikan di samping lantaran kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
  1. D.  Harapan Pendidikan Berkarakter
UU no 14 tahun 2005 wacana sistem pendidikan nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Slamet Imam Santoso mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan yag murni yaitu menyusun harga diri yang kukuh dan berpengaruh dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak sanggup bertahan dalam masyarakat. Dibagian lain dia juga mengemukakan bahwa pendidikan bertugas membuatkan potensi individu semaksimal  mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk insan yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian training tabiat merupakan kiprah utama pendidikan.
Harapan dengan adanya pendidikan berkarakter yang diperlukan akan menjadi generasi emas penerus bangsa yaitu :
  1. Potensi kalbu / nurani / afektif penerima didik sebagai insan dan warga Negara yang mempunyai nilai-nilai budaya dan huruf bangsa sanggup dikembangkan.
  2. Kebiasaan dan sikap penerima didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius sanggup dikembangkan.
  3. Jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab penerima didik sebagai generasi penerus bangsa sanggup ditanamkan.
  4. Kemampuan penerima didik menjadi insan yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan sanggup dikembangkan.
  5. Lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan berguru yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan sanggup dikembangkan.

 Membangun Karakter Sikap Generasi Emas
Keberadaan dan kehadiran pendidik, sebagai key actor in the lerning process, yang profesional serta mempunyai huruf berpengaruh dan cerdas merupakan suatu kebutuhan. Character building di kalangan pendidik semenjak beberapa dekade terakhir ini telah menjadi perhatian yang serius banyak sekali bangsa di dunia, tak terkecuali Indonesia. Karena melalui pendidik yang mempunyai huruf berpengaruh dan cerdas ini akan tercipta sumberdaya insan yang merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter berpengaruh dan cerdas serta bermoral luhur. Hanya dengan sumberdaya insan yang demikianlah tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara sanggup berlangsung dengan masuk akal dan natural, lantaran baik pemimpin maupun yang dipimpin mempunyai akad maupun moral yang baik untuk bersama – sama membangun tatanan kebidupan yang serasi dan sejahtera.
Membangun huruf sikap generasi emas yaitu dengan:
  1. Mempunyai tujuan Hidup
  2. Mandiri
  3. Disiplin
  4. Pandai bergaul dan menempatkan diri
  5. Sanggup bekerja keras
  6. Pemberani
  7. Percaya Diri
  8. Tidak gengsian
  9. Hemat
  1. F.   Kesimpulan
Dari laporan diatas sanggup disimpulkan bahwa insan hidup berbangsa dan bernegara harus mempunyai sebuah huruf untuk bisa membedakan antar bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Banyak cara yang bisa dilakukan dengan salah satunya mempunyai ilmu pengetahuan, tehnologi, keterampilan. Mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter bisa dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal,informal dan non formal. Sehingga pemerintah harus memperbaiki pendidikan di Indonesia bila ingin membuat generasi emas yang cerdas dan berkarakter guna meningkatkan daya saing bangsa, selain melalui pendidikan sanggup juga melalui proses Sosialisasi perjaka guna meningkatkan kualitas perjaka yang cerdas dan berkarakter.




DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Nawawi. 2009. Pembangunan dan Problem  Masyarakat. Surabaya:CV. Putra Media Nusantara.
Depdiknas. 2007. Pembangunan Pendidikan Nasional 2005 – 2007.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Mochtar Bukhari (1995). Transformasi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
M.Furqon Hidayatullah (2009).Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas.(Surakarta:Yuma Pustaka).


Belum ada Komentar untuk "Makalah Mewujudkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Aksara (Antara Fakta Dan Harapan)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel