Kronologi Sejarah Dan Latar Belakang Bandung Lautan Api
Bulan Oktober tentara Sekutu (Inggris dan NICA) mulai memasuki kota Bandung secara sedikit demi sedikit dengan tujuan yang sama menyerupai kota-kota yang lain. Markas pasukan ini berada di wilayah Bandung Utara. Sejak kehadiran mereka, sering terjadi kontak senjata dengan pasukan TKR dan laskar yang ada di Bandun Utara dan Bandung Selatan. Untuk menghindari pertempuran yang tidak perlu, pihak Sekutu menuntut supaya senjata yang diperoleh cowok dari tentara Jepang diserahkan pada pihak Sekutu.
In the month of October, the allied forces (English and NICA) began to enter the city of Bandung gradually with the same aim as the other towns. The station of the troops was in a region of Northern Bandung. Since their arrival, an arm contact with TKR team and irregulars which existed in Northern and Southern Bandung often happened. To avoid an unimportant combat, the Ally party claimed that the weapons the youth got from the Japenese army were handed over to the Ally side.
This ultimatum was issued on November 21, 1945 with a condition at the latest on November 29, 1945 the city of Bandung had to have been emptied with reason of security. The northern boundary of the city with the southern part of the city was the railway which crossed the city of Bandung.
Ultimatum ini dikeluarkan pada tanggal 21November 1945 dengan ketentuan selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 kota Bandung harus sudah dikosongkan dengan alasan keamanan. Batas kota serpihan utara dengan serpihan selatan kota bandung yaitu rel kereta api yang melintasi kota Bandung.
The ultimatum was ignored by the existing soldiers and irregulars, even a crossfire action between the Republic of Indonesia army and in regulars with the allied forces took place in the city as on Lengkong Road which was the Hizbullah station, incident on Fokker Rbad, bombardment at Cicadas and the other. On March 23, 1946, the allied forces side gave ultimatum again. This time, which was commanded to leave the city was the Republic of Indonesia army. Based on the instruction of the center head of the Republic of Indonesia army who existed in Yogyakarta, an order to maintainBandung issued. But, a command of city depletion from Jakarta emerged again.
Ultimatum itu tidak dihiraukan oleh para tentara dan laskar yang ada, bahkan terjadi agresi tembak-menembak antara TRI dan laskar dengan pasukan Sekutu di dalam kota menyerupai kejadian di Jalan Lengkong yang ialah markas Hizbullah, kejadian di Jalan Fokker, pemboman di Cicadas dan lainnya. Pada tanggal 23 Maret 1946, pihak tentara Sekutu kembali mempersembahkan ultimatum. Kali ini, yang diperintahkan keluar dari kota yaitu TRI. Berdasarkan arahan dari pimpinan sentra TRI yang ada di Yogyakarta, keluar perintah untuk mempertahankan Bandung.Namun, muncul lagi perintah dari Jakarta yang meliputi perintah pengosongan kota.
By feeling sad the Republic of Indonesia army side left the city and performed scorched earth beforehand,"because they, required in order that the Ally party notably NICA could not use the existing buildings for their benefit. The deflagrating action on March 23, 1946 at 8 in the evening preceded by a super explosion from Cimahi to Ujungberung regions. The buildings which existed in northern Bandung were also burned down by the irregulars.
Pihak TRI dengan berat hati meninggalkan kota dan melaksanakan "Bumi hangus" terlebih lampau, sebab mereka menghendaki supaya pihak Sekutu khususnya NICA tidak dapat memakai bangunan yang ada untuk kepentingan mereka. Mulailah agresi pembakaran ini dilakukan 23 M.aret 1946 pukul 20.00 malam dengan diawali ledakan mahir dari wilayah Cimahi hingga Ujungberung. Gedung-gedung yang ada di wilayah Bandung Utara pun dibakar oleh para laskar.
At 9 o'clock in the evening the people of Bandung started to perform evacuation action on foot and carried patch up goods. Their amount was about 100.000 people. The event of the city deflagration which was ac-companied by light rain is recognized with Bandung in Conflagrant. A so called actor Ismail Marzuki immortalize this event in a song entitle "Halo-Halo Bandung".
Rakyat Bandung pada pukul 21.00 mulai melaksanakan agresi pengungsian dengan berjalan kaki dan membawa barang-barang seadanya. Jumlah mereka sekitar 100.000 orang. Peristiwa pembakaran kota yang diiringi oleh hujan rintik-rintik ini dikenal dengan kejadian Bandung Lautan Api. Seorang seniman berjulukan Ismail Marzuki rnengawetkan kejadian ini dalam sebuah lagu berjudul "Halo-Halo Bandung".
Sumber Pustaka: Yrama Widya
Belum ada Komentar untuk "Kronologi Sejarah Dan Latar Belakang Bandung Lautan Api"
Posting Komentar