Kapan Kita Harus Mempercayai Pengetahuan Kita ?

Kita hidup dalam suatu masyarakat yang didominasi oleh informasi. Setiap hari, suka tak suka, kita di bombardir oleh fakta-fakta, angka-angka, berita, dan opini-opini. Kita terhubung dengan sumber-sumber informasi yang tak terhitung mengenai komunitas local kita, masyarakat kita, dan dunia kita. 

Kita hidup dalam suatu masyarakat yang didominasi oleh informasi Kapan Kita Harus Mempercayai Pengetahuan Kita ?

Dengan adanya informasi-informasi yang masuk dalam pengetahuan kita yang semakin banyak akan menciptakan kita semakin resah sampai muncul suatu pertanyaan kapan kita harus mempercayai pengetahuan kita ? nah pada kesempatan kali ini kita akan memperlihatkan beberapa poin yang penting dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Pengetahuan Tradisional: Mengetahui Berdasarkan Waktu

Pada pengetahuan tradisional, berlalunya waktu belaka dipandang sebagai landasan bagi pernyataan yang berpengetahuan wacana dunia ini. Lantara sudah teruji oleh waktu, ide-ide atau penyataan-pernyataan yang telah bertahan usang itu akan dianggap benar. Akan tetapi, cacat utama tradisi sebagai sumber pengetahuan dan informasi: berlalunya waktu bersiklus TIDAK dengan sendiri tetapkan bahwa suatu itu benar.

Pengetahuan Otoritatif: Mengetahui Berdasarkan Percaya

Dengen pengetahuan otoritatif, kita tunduk pada pakar-pakar saat mencari penegasan yang akurat mengenai dunia. Dalam mempercayai pakar-pakar, kita tunduk pada kredibiliitas dan kemampuan mereka. Kita mendapatkan apa yang diberitahukan oleh pakar kepada kita itu sebagai akurat dan benar. Kemampuan kita untuk mempercayai otoritas-otoritas itu telah mengarahkan beberapa ilmuwan untuk mengamati bahwa masyarakat kita “kecanduan otoritas”.

Intuisi dan Akal Sehat: Sumber Pengetahuan yang juga beresiko

Ada dua sumber pengetahuan lain yang layak disebut nalar sehat dan intuisi. Kedua jalan ini bisa memaksa sebagaimana pengetahuan tradisional dan otoritastif. Akal sehat memakai pribadi kita dan orang pengalaman orang-orang yang kita kenal sebagai sumber pengetahuan “praktis”. Sedangkan intuisi bisa dipandang sebagai “akses langsung” terhadap pengetahuan; intuisi mengacu pada jalan pengetahuan yang beroperasi pada “perasaan Mendalam” tanpa pikiran. Intuisi bisa menjadi sumber informasi yang tangguh, bahkan penyelamat kehidupan nyata. Akan tetapi, sebagaimana sumber pengetahuan tradisional dan otoritatif, nalar sehat dan intuisi tidak bebas dari kekeliruan.

Sains Sebagai Cara Mengetahui yang Terpercaya

Kalau kita tertarik pada pemerolehan informasi yang kualitasnya tinggi, kita disarankan untuk menganut cara mengetahui yang ilmiyah (Scientific). Permasalahan terhadap metode-metode penelitiannya memungkinkan kita untuk menjadi pengguna informasi yang kritis. Memahami metode-metode penelitan memungkinkan kita untuk menilai aneka macam informasi yang kita terima setiap hari dengan sorotan baku yang cukup tajam.
Sains itu khas dalam hal menerapkan prosedur-prosedur metodis yang bertujuan mengurangi atau mengendalikan kekeliruan yang menyusup kedalam mroses mengetahui. Bagian yang paling fundamental dari sain yakni minat terhadap inovasi “hokum-hukum” atau aturan-aturan pada dunia fisik dan social. Berikut ini rincian mengenai standar-standar tersebut:

#1.Bukti Empiris
Sains sebagai cara mengetahui tidak mau mendapatkan begitu saja penilaian mengenai dunia kita dengan tuntutan bukti yang empiris tersebut, sains menyoroti sifat skeptinya secara melekat. Kecuali jikalau saat kita menunjukkan, klaim-klaim mengetai kenyataan itu hanyalah klaim, tidak lebih. Sains tidak mau mempercayai penilaian belaka. Harus ada dokumentasi yang secara empiris.

#2. Aturan Metodis
Dalam upaya mengurangi kekeliruan, sains memanfaatkan prosedur-prosedur baku yang memandu penelitian kita demi informasi yang akurat mengenai dunia sekeliling kita. Terdapat aturan-aturan untuk membangun dan menilai akurasi cara-cara yang kita usahakan untuk mencatat atau mengukur kenyataan sosial ( Yakni kriteria penetapan validitas penelitian)

#4. Pengulangan
Untuk menganggap temuan-temuan sebagai benar dan andal, sain bersikeras bahwa temuan temuan itu terjadi lebih dari satu kali. Ketegasan pengulangan penelitian-penelitian dan temuan-temuan itu secara fundamental merupakan  sisi sains yang konservatif. Pengulangan dipandang sebagai penjaga keamanan terhdap penarikan tamat yang terlalu dini dan jadinya mungkin kliru mengenai duni kita.

#5. Tujuan Penelitian
Standar empiris sistematis dalam penelitian yang baik itu seringkali diburu berdasarkan empat tujuan dasar penelitian: eksplorasi, deskripsi, eksplanasi, dan evaluasi. 

Memanfaatkan Metode Penelitian untuk Menjadi Pengguna Informasi

Kemampuan kita untuk mengetahui informasi itu terkait pribadi dengan pengetahuan kita wacana metode-metode penelitian. Informasi yang merupkan hasil produk dari penelitian ilmiah yang dilakukan secara hati-hati akan lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi keliru, sehingga lebih berhak untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari kita. Puncaknya, pemahaman anda wacana metodologi penelitianlah yang membantu anda untuk mengambil keputusan-keputusan dalam keihidupan yang genting.

Demikian ulasan artikel tentang Kapan Kita Harus Mempercayai Mengetahuan Kita ?- yang kami rangkum dari buku "Dasar-Datar metodologi Penelitian - Panduan Riset Ilmu Sosial" yang ditulis oleh Janet M Ruane pada tahun 2013 dan diterbitkan oleh Penerbit Nusa Media, Bandung. Semoga bermanfaat dan Terima kasih atau kunjungannya.

Belum ada Komentar untuk "Kapan Kita Harus Mempercayai Pengetahuan Kita ?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel