Jenis-Jenis Tari Tempat Pesisir Dan Cirinya

Jenis-Jenis Tari Daerah Pesisir Dan Cirinya


Berikut ini ialah jenis dan ciri tarian yang berasal dari tempat pesisir.

Tari Pesisir Pantai Utara Jawa

  • Sintren Labuh Laut (Boyong Sari, Pekalongan)
Di sepanjang pesisir pantai utara Pulau Jawa, tari Sintren hidup rindang hingga ketika ini. Tari ini dilakukan oleh anak perempuan yang masih suci atau perawan yang menerima wahyu. Sebelum menari anak tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam (keranji) dalam keadaan diikat tangannya ke arah belakang (Jawa: dibanda). Di dalam keranji tersebut dilengkapi oleh guaka alat rias, ibarat kaca, kain jarit,pupur, lipstik, dan gelungan. Yang sungguh menarikdanunik dan tidak masuk logika ialah sehabis beberapa kali lagu dinyanyikan (4 kali), anak tersebut keluar dan keranji sudah dalam kondisi siap menari. Tan Sintren ini sanggup dijumpai mulai dari kota Pekalongan, Brebes, Tegal (Jawa Tengah), hingga tempat Indramayu (Jawa Barat). Musik ienteng terdiri dari saron barung 2 buah, kendang, dan gong kumodhong.

Masyarakat Boyongsari, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kabupaten Pekalongan menyebutnya dengan sebutan tari Sintren Labuh Laut. Fungsi tan ini sebagai pendukung utama upacara ritual dan keperluan sosial ibarat pentas tanggapan. Tempat penyelenggaraan upacara yang terpilih yaitu di Pasir Kencana atau perempatan tempat para dai’yang berada. Upacara dipimpin oleh pawang yang memahami serta mengerti tentang seluk-beluk upacara ritual tersebut.


  • Tari Topeng Tumenggung dan Topeng Klana (Cirebon)
Tari Topeng Tumenggung dan Topeng Klana ialah kesenian (tari) tradisional yang nyaris punah
ketika ini. Mimi Rasinah (75) ialah salah satu penari putri topeng Cirebon yang masih tersisa. Mimi Rasinah berasal dan Pekandang, Indramayu, Cirebon. Untuk mencapai tingkat kesenimanan yang tinggi, Mimi Rasinah latihan keras secara fisik semenjak usia sembilan tahun dan ayahnya Lastra. Sejak usia muda ia sudah ikut berkelana bersama kelompok topeng yang dibuat ayahnya ke banyak sekali daerah. Rasinah begitu cinta pada dunia tan sehingga tidak sempat mengenyam pendidikan formal. Ta penari belajar sendiri (belajar sendiri) yang sangat displin. Selain tes secara fisik, Rasinah juga melaksanakan kegiatan spiritual (puasa), ibarat puasa spesialuntuk makan umbi-umbian (Jawa: ngrowot), nasi putih (Jawa: mutih) , minum air kelapa hijau, dan bahkan spesialuntuk makan cabe rawit.

Tari Topeng Cirebonan ialah tan terkenal yang berasal dan tempat Jawa.Tari Topeng Cirebonan mi ialah serangkaian dan tan Panji, Pamindo, Rumyang, Patih, dan Klana.Tari ini biasanya diadakan di lapangan terbuka dengan spesialuntuk menggunakan kain terpal atau plastik sebagai atap.Sampai ketika ini tari Topeng sanggup dijumpai di tempat Cirebon dan Indramayu.

Sementara penari topeng laki-laki Cirebon yang masih tersisa ialah Sujana Arja (68) asal Selangit, Cirebon. Selain tan Topeng Kiana, di Cirebon terdapat tan lain, ibarat Topeng Samba, Rumyang, Topeng Beling, Tayuban, dan Sintren.

Tari Pesisir Pantai Selatan Jawa

  • Tari Lais
Selain tan Sintren, di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa terdapat tan Lais yang diperankan oleh anak lelaki yang belum sunat!khitan. Sama halnya dengan tan Sintren, proses menari juga dimulai dan memasuki kurungan ayam. Tan mi sanggup dijumpai di tempat Kebumen, Banyumas, Cilacap (Jawa Tengah) hingga ke wilayah Sumedang (Jawa Barat).
  • Tari Janger (Banyuwangi)
Janger ialah salah satu seni pertunjukan (tan) yang hidup dan berkembang di wilayah Banyuwangi, kabupaten di ujung timur Pulau Jawa. Masyarakat Banyuwangi sering menyebut seni tan mi dengan Damarwulan atauJinggoan. Bentuk tan tradisi mi ialah penggabungan unsur-unsur drama dan wilayah lain di sekitar Banyuwangi. Pengaruh budaya Jawa dan Bali begitu besar lengan berkuasa mempengaruhi unsur dalam tan Janger. Tari ini mengandung unsur paling lengkap dalam seni pertunjukan, ibarat musik, tari, dialog, kisah (sastra), dan rupa. Janger amat terkenal di Banyuwangi dengan indikasi terdapatnya 54 grup kesenian di dalamnya. Seni Janger dipertunjukkan untuk kegiatan syukuran, pernikahan/hajatan, yang dipertunjukkan pada malam hari dengan durasi kurang lebih 10 jam, yaitu mulai pukul 20.00 hingga pukul 06.00 pagi.
  • Kuntulan
Kuntulan berasal dan hadrah pondok pesantren Banyuwangi, yang dalam pementasannya membawakan lagu-lagu Islami. Pemain hadrah terdiri dan beberapa santri laki-laki yang biasa disebut rudat. Para rudat ini melaksanakan tari-tarian ritmis berupa gerakan-gerakan tangan dan tubuh yang dilakukan dalam posisi duduk timpuh. Pementasan hadrah biasanya diselingi dengan pembacaan ayat-ayat pendek Al Quran, Shalawat, dan Berjanji yang sepenuhnya ialah dakwah. Instrumen yang dipakai ialah 4 buah terbang (rebana). Pukulan khas ritme hadrah disebut contoh Yahuk. Perubahan sebutan hadrah pondok pesantren menjadi kuntulan terjadi semenjak ditambahnya jumlah terbanghingga menjadi 12 buah jidor besar jidor sedang dan jidor kecil dengan metode pukulan yang lebih susah dengan menggunakan kekuatan pukulan yang lebih besar. Perubahan itu juga merembet ke gerak tarian yang menggambarkan gerakan-gerakan silat. Bahkan tidak jarang dalam pertunjukan Kuntulan mi dilibatkan perempuan sebagai penari dengan tujuan untuk mengatasi kejenuhan para penontonnya.

Tari Pesisir Sumatera

  • Ronggeng Melayu
Kebudayaan Melayu mencakup Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand (khususnya tempat Patani), dan Brunei Darussalam. Di Indonesia etnik Melayu mendiami tempat budaya: Pesisir Timur Sumatera Utara (sebelum Indonesia merdeka Sumatera Utara disebut Sumatera Timur), Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Pesisir Kalimantan. Etnik Melayu PesisirTimur Sumatera Utara menurut ciri-ciri kebudayaannya sanggup dikelompokkan lagi ke dalam 5 daerah, yaitu Langkat, Deli, Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Istilah ronggeng dalam kebudayaan Melayu sudah ada dalam Hikayat Hang Thah (abad ke- 14). Sebelum masa penjajahan, unsur musik ronggeng ialah vocal (senandung), rebab, gendang ronggeng, dan tawakt awak (gong). Pada ketika Portugis menaklukkan Malaka (1511), sesuai kebutuhan estetis suatu bangsa, maka tentu saja mereka membawa serta tan dan musik bra nyo dengan ritme musik triple (6/8). Selanjutnya, orange rang Melayu mengadopsinya ke dalam ronggeng. Saat mi alat musik Barat yang berhasil diadopsi ke dalam Ronggeng Melayu antara lain: biola, akordian, Idarinet, saksofon, perangkat drum trap, gitar listrik, dan keyboard.

Pengaruh bangsa Portugis di dalam ronggeng sanggup dilihat dan model tan secara berpasangan dan gaya tarinya. Pengaruh tersebut masih tampak hingga sekarang, yaitu ditarikan secara berpasangan. Karakteristik umum tan Ronggeng Melayu ialah mengadopsi gerak-gerak tan tradisional Melayu ditambah gerakang erakan tan etnik lainnya di Sumatera Utara. Pola lantai membentuk dua garis penari yang saling berhadapan. Fungsi utama Ronggeng Melayu di Sumatera Utaia pada masa penjajahan Jepang adalab untuk menghibur para tentara. Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, fungsi ronggeng bertambah sebagai tunjangan untuk integrasi masyarakat, tunjangan kepada kesinambungan dan stabilitas kebudayaan, pendidikan, dan seni pertunjukan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan sosial, ibarat upacara perkawinan, khitanan, pariwisata, dan hiburan.

Hal lain yang perlu diketahui dalam pertunjukan Ronggeng Melayu ialah pentingnya unsur berbalas pantun. Seorang penari (tamu) laki-laki akan menerima aib besar kalau tidak bisa membalas pantun yang dilemparkan oleh penari ronggeng. Sebaliknya, kebrhasilan seni ronggeng sanggup diukur melalui respon penonton terhadap pertunjukan, selain juga ditentukan kehandalan berbalas pantun seorang ronggeng terhadap respon penonton (penari laki-laki).
Sumber Pustaka: Yudhistira

Belum ada Komentar untuk "Jenis-Jenis Tari Tempat Pesisir Dan Cirinya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel