Hubungan Filsafat Dan Mitos


Pada tulisan sebelumnya sudah dikatakan bahwa mitologi merupakan faktor yang mendahului filsafat dan "seolah-olah" mempersiapkan ke arah timbulnya filsafat. Memang benar, filsuf-filsuf pertama mendapatkan obyek penyelidikannya darimitologi, yaitu alam semesta dan kejadian-kejadian yang setiap orang sanggup menyaksikan di dalamnya. Mitologi Yunani memang menjawab pertanyaan-pertanyaan wacana alam semesta itu, tetapi jawaban-jawaban serupa itu justru diberikan dalam bentuk mite, yang meloloskan diri dari tiap-tiap kontrol pihak rasio.[1]


Mitos atau mite adalah kisah prosa rakyat yang menceritakan kisah masa kemudian (masa lampau), yang mengandung penafsiran wacana alam semesta serta keberadaan makhluk di dalamnya, dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya kisah atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitosdapat mengacu kepada kisah tradisional (cerita kuno).[2] Pada umumnya, mitos menceritakan insiden alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para mahkluk supranatural, dan sebagainya. Mitos sanggup muncul dari catatan insiden sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan.

Sedangkan logos, termasuk konsep salah satu kunci dalam agama Yahudi. Kata logos dalam bahasa Ibrani, davar, sangat erat hubungannya dengan penciptaan, kristologisoteriologi, dan teologi. Kata logosberasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda, atau "buah pikiran" yang diungkapkan dengan perkataan, pertimbangan nalar, atau arti. Dalam bahasa Ibrani, davar berarti hal yang berada di belakang, yang berarti firman Tuhan, yang dianggap sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu mediator (wasilah) Tuhan dengan makhluk ciptaannya.[3]

Sekitar era ke-6 S.M. sudah mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak ketika itu insan mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang masalah-masalah yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mitos (mythos), dengan begitulah filsafat dilahirkan. Bisa dikatakan bahwa kata "logos" memiliki arti yang lebih luas dibandingkan kata "rasio". Logosberarti baik kata (tuturan, bahasa) maupun juga rasio.

Meskipun filsafat lahir pada ketika rasio mengalahkan mite, tetapi tidak berarti seluruh mitologi ditinggalkan begitu saja secara mendadak. Sebenarnya proses itu berlangsung secara berangsur-angsur saja. Seluruh filsafat Yunani sanggup dianggap sebagai suatu pergumulan yang panjang antara mitos dan logos. Dan justru bekerjsama tidak sulit untuk menawarkan imbas mitlogi atas filsuf-filsuf yang pertama. Namun demikian, pada era ke-6 S.M., di negeri Yunani telah terjadi sesuatu yang benar-benar baru.[4]

Filsuf-filsuf pertama memandang dunia atas cara yang belum pernah dipraktekkan oleh orang lain. Mereka tidak lagi mencari keterangan wacana alam semesta dalam peristiwa-peristiwa mitis pada awal mula yang harus dipercaya begitu saja, alasannya yakni belum ada kemungkinan untuk pertanda kebenarannya. Mereka tidak membatasi diri atas mite-mite yang telah diturunkan dalam tradisi, setinggi-tingginya ditambah dalam imajinasi puitis, menyerupai pada HESIODOS (750 S.M.). Mereka sudah mulai berpikir sendiri. Di belakang kejadian-kejadian yang sanggup diamati oleh umum, mereka mencari suatu keterangan yang memungkinkan untuk sanggup mengerti wacana kejadian-kejadian itu.

Tidak sanggup disangkal lagi, keterangan-keterangan semacam itu bagi pendengaran kita kini ini sering kali agak "naif" kedengarannya. Tetapi yang terpenting yakni cara rasional dan logis yang mereka gunakan untuk mendekati problem-probem yang ditemui dalam alam semesta. Salah satu pola yang paling sederhana yakni pelangi (rainbow). Dalam masyarakat tradisional Yunani, pelangi yakni seorang "Dewi" yang bertugas sebagai pesuruh bagi dewa-dewa lain.[5] Tanggapan semacam ini sanggup kita baca mengenai HOMEROS (850 S.M.), misalnya. Tetapi XENOPHANES (570-480 S.M.), salah seorang di antara filsuf-filsuf pertama, menyampaikan bahwa pelangi merupakan suatu awan.

Kira-kira satu era sesudahnya, ANAXAGORAS (499-428 S.M.) sudah mengerti bahwa pelangi disebabkan oleh pantulan matahari dalam awan-awan. Dan justru lantaran cara pendekatan menyerupai itulah yang bersifat rasional, dan sanggup dibuktikan oleh siapa saja, terbukalah kemungkinan untuk mendebatkan hasil-hasilnya secara leluasa dan untuk umum. Satu balasan akan menampilkan pertanyaan-pertanyaan lain, dan kritik atas suatu keterangan akan menuntut timbulnya keterangan lain, sehingga dalam suasana rasional ini perkembangan dan kemajuan ilmiah menjadi sangat mungkin.

Kalau kita katakan bahwa filsafat lahir karena logos telah mengatakan mitos, berarti sekali lagi harus kita tekankan bahwa kata filsafat di sini mencakup filsafat maupun ilmu pengetahuan, sebagaimana keduanya kini dibedakan dalam terminologi modern. Bagi orang Yunani, filsafat merupakan suatu pandangan rasional wacana segala-galanya. Baru berangsur-angsur dalam sejarah kebudayaan, banyak sekali ilmu satu demi satu melepaskan diri dari filsafat, agar memperoleh otonominya.

Dari alasannya yakni itu, filsuf-filsuf selanjutnya seperti RENE DESCRATES alias CARTESIUS (1596-1650),IMMANUEL KANT (1724-1804), GEORGE W. F. HEGEL (1770-1831), EDMUND HUSSERL (1859-1938), dan ilmuwan-ilmuwan lainnya seperti ISAAC NEWTON (1642-1727), MAX PLANCK (-), ALBERT EINSTEIN (1879-1955) memiliki leluhur-leluhur yang sama di negeri Yunani. Bangsa Yunani menerima kehormatan yang bukan kecil, bahwa merekalah yang "menelorkan" cara berpikir ilmiah. KataJ. Burnet"it is an adequate description of science to say that it is thinking about the world in the Greek way....". Adalah suatu penggambaran sempurna mengenai ilmu pengetahuan, jikalau dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yakni berpikir wacana dunia dengan gaya Yuanani.

Dengan demikian mereka termasuk pendasar pertama kultur barat, bahkan kultur sedunia, alasannya yakni cara pendekatan ilmiah semakin menjadi unsur hakiki dalam suatu kultur universal yang merangkun seluruh kebudayaan di seluruh dunia.


Demikian yang sanggup kami rangkum mengenai Mitos dan Logos. Semoga ada keuntungannya serta sanggup menambah wawasan kita. Jika Anda ingin menambahkan atau sekedar mengoreksi, silahkan tuangkan di kotak komentar. Kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.

Belum ada Komentar untuk "Hubungan Filsafat Dan Mitos"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel