Perlawanan Perang Padri Menentang Dominasi Asing

Perlawanan Perang Padri Menentang Dominasi Asing



Pada mulanya gerakan Padri ialah suatu gerakan untuk memurnikan anutan Agama Islam di wilayah Sumatera Barat. Haji Miskin sebagai penggagas dan gerakan mi berusaha untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah itu. Kian han pengikut Haji Miskin semakin banyak di kalangan masyarakat menyerupai Tuanku Nan Tua (seorang tokoh yang sangat besar pengaruhnya di antara Kaum Padri lainnya, di samping itu ia menerima pendidikan modern dan suka damai). Tokoh-tokoh lainnya yaitu Tuanku Mesiangan, Tuanku Nan Renceh, Datuk Bandaharo, Maim Basa (yang kemudian dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan Padri itu menerima tantangan dan tokoh-tokoh Kaum Adat.



Ada beberapa hal yang menyeb abkan pertikaian itu seperti: Menurut anutan Islam, dilema kekerabatan yang bekerjasama dengan warisan bahwasanya harus bersifat patrilineal, sedangkan yang berlaku di Minangkabau adalab matril ineal (warisan akhlak lama dan yang mendapatkan warisan itu kaum ibu). Selain itu, masyarakat harus hidup sederhana dan menjauhkan din dan segala kesenangan duniawi yang hiperbola menyerupai berpakaian yang indah-indah dan sebagainya. Ketika pada tahun 1821, perperihalan antara orang-orang Padri dengan raja makin meruncing Kaum Padri yang tidak berhasil menuntaskan pertikaian dengan jalan damai, jadinya mengambil jalan kekerasan.

Menurut kisah rakyat setempat, raja diundang oleh Tuanku Pasaman ke Kota Tengah untuk diajak berunding. Tuanku Pasaman ialah seorang tokoh Kaum Padri yang beraliran radikal. Pada waktu itu raja beserta para petinggi kerajaan hadir untuk memenuhi ajakan tersebut. Dalam negosiasi tersebut terjadi kegagalan untuk mencapai kata sepakat, sehingga Tuanku Pasaman mengambil tekad untuk memusnahkan raja beserta seluruh pengikutnya.

Tuanku Pasaman menuduh bahwa raja sudah melanggar anutan Islam sebab itu seluruh yang hadir dibunuh oleh Kaum Padri. Kekuasaan Kaum Padri secara positif berada di tempat pedalaman dan juga daerahnya semakin bertambah luas, sebab kampung demi kampong berhasil dikuasainya. melaluiataubersamaini demikian kedudukan kaum akhlak makin terdesak dan jadinya meminta menolongan kepada pihak Belanda di Batavia. Kehadiran bangsa Belanda di Sumatera Barat disambut dengan penyerbuan dan kaum Padri. melaluiataubersamaini demikian jalannya Perang Padri sanggup dibagi menjadi tiga periode yakni:

Pada periode mi Belanda mengirim tentaranya dan Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf. Serangan Belanda tersebut berhasil merebut Batusangkar (dekat Pagarruyung) dan eksklusif mendirikan benteng yang berjulukan Benteng Fort Van der Capellen (Gubernur Jenderal di Indonesia dikala itu). melaluiataubersamaini demikian Belanda sudah memiliki basis kekuatan di dalam menghadapi Kaum Padri.

Namun pada tahun 1825 di Pulau Jawa terjadi perlawanan dan Pangeran Diponegoro yang memecah perhatian Belanda menjadi dua arah, yaitu untuk Jawa dan Sumatera. Untuk mengseriuskan perhatiannya di Jawa, Belanda mengadakan perjanjian dengan Kaum Padri. Perjanjian perdamaian itu lebih dikenal derigan Peijanjian Masang dengan isi pokok ihwal soal gencatan senjata antar kedua belah pihak.

Kedua belah pihak berusaha untuk menjaga din sebaik-baiknya dan selalu siap apabila suatu dikala terjadi peperangan yang tidak diharapkan. Walaupun isi Perjanjian Masang sekurang-kurangnya ialah suatu jaminan untuk tidak mengadakan peperangan dalam waktu yang singkat tetapi suasana tetap tegang (semacam perang dingin).

Dalam suasana menyerupai itu, bentrokan-bentrokan kecil sering terjadi tetapi segera sanggup dipadamkan, sebab pada dikala itu Belanda bersikap sangat lunak. Sikap menyerupai mi sanggup ditafsirkan bahwa Belanda memiliki perilaku yang baik hati dan taat terhadap Perjanjian Masang (1825).

Sesudah tahun 1830 atau setelah Perang Diponegoro usai, keadaan di Sumatera Barat sangat berubah, yaitu terjadi pertempuran-pertempuran yang tidak sanggup dihindari lagi. Naskah Perjanjian Masang dirobek-robek oleh Belanda. Belanda menuduh Kaum Padri tidak setia terhadap Perjanjian Masang. Pada tahun 1831, Letkol Elout hadir dengan pasukannya untuk melawan Kaum Padri. Ternyata kedudukan Kaum Padri sangat kuat. Kemudian hadir juga Mayor Michaels dengan kiprah pokok menundukkan Ketiangan akrab Tiku yang ialah sentra kekuatan Kaum Padri. Usaha Belanda mi berhasil dan setahun kemudian Sentot Au Basa Prawiradirdja (bekas Panglima Diponegoro) dikirim ke Sumatera Barat.

melaluiataubersamaini demikian kekuatan Belanda sudah berada di Sumatera Barat untuk menundukkan Kaum Padri. Kota Bonjol dikuasai untuk pertama kalinya oleh Belanda. Hal mi bukan berarti Kaum Padri sudah menyerah. Namun pada tahun 1831, teiladi persatuan Kaum Adat dengan Kaum Padri dan pada tahun 1833 sekaligus mengadakan serangan umurn terhadap kota Bonjol, sehingga membuat pasukan Belanda kalang kabut. Letkol Elout sebagai pemimpin pasukan Belanda pada dikala itu mengambil suatu kecerdikan bahwa prajurit-prajurit Sentot sangat baik untuk sanggup mengadakan kekerabatan dengan rakyat dan menarikdanunik simpati dan gerakan Kaum Padri. Hal mi sebab para prajurit Sentot beragama Islam dan sama dengan agama yang dianut oleh rakyat di Sumatera Barat. Tetapi kenyataannya lain, Sentot yang ditugaskan untuk menarikdanunik simpati rakyat ternyata mengadakan kekerabatan dengan Kaum Padri. Gerak-gerik Sentot mi menyebabkan rasa curiga di kalangan Belanda, kemudian ia dipanggil ke Batavia untuk ditahan dan diasingkan ke Bengkulu serta wafat di sana tahun 1855.

Pada tahun 1834 Belanda di bawah pimpinan Cochius dan Michaels berhasil menduduki basis kekuatan Kaum Padri di kota Bonjol. Imam Bonjol sebagai pemimpin Kaun Padri yang terakhir spesialuntuk sanggup bertahan hingga tahun 1837. Ketika Belanda mengajak berunding, ia ditipu dan kemudian ditangkap. Selanjutnya, ia dibawa ke Batavia dan kemudian ke Minahasa hingga meninggal di Kampung Luta pada tahun 1864 dalam usia 92 tahun. melaluiataubersamaini berakhirnya Perang Padri pada tahun 1837, seluruh Sumatera Barat jatuh ke tangan Belanda.
Sumber Pustaka: Erlangga

Belum ada Komentar untuk "Perlawanan Perang Padri Menentang Dominasi Asing"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel