Perjuangan Kemerdekaan Oleh Para Raja Dan Tokoh Agama Indonesia

Perjuangan Kemerdekaan Oleh Para Raja Dan Tokoh Agama Indonesia



Menghayati keikhlasan kepahlawanan para perintis dan penegak kemerdekaan RI (nilai kejuangan 1945) tidak sanggup dilepaskan dan upaya mempelajari sejarah usaha bangsa- Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan. Sejarah Indonesia mengambarkan bahwa bahwasanya usaha bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan sudah dirintis semenjak bangsa penjajah menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.

Dalam kala XVI sampai kala XVIII kita mengenal kegigihan usaha rakyat tempat Nusantara di bawah pimpinan para raja, sultan, pangeran, dan tokoh-tokoh aiim ulama, ibarat Sultan Iskandar Muda dan Aceh (1635), Sultan Agung dan Mataram (1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Banten (1650), Sultan Hasanuddin dan Makasar (1660), lbnu Iskandar dan Ininangkabau, dan lain-lain. 



Mereka berjuang mempertaruhkan jiwanya dalam memimpin rakyatnya untuk menentang dan mengusir penjajah Portugis dan Belanda dan bumi Indonesia. Sejak kala XVIII, usaha menentang dan mengusir penjajah Belanda dilanjutkan oleh para pangeran dan tokoh-tokoh aiim ulama, ibarat Pattimura dan Maluku (1817), Imam Bonjol dan Ininangkabau (1825), Pangeran Badaruddin dan Palembang (1817), Pangeran Antasari dan Kalimantan (1860), Jelantik dan Bali (1850), Anak Agung Made dan Lombok (1860). Teuku Umar dan Cut Nyak Din dan Aceh (1873) Sjsingamangaraia dan Tapanuli (1890). dan lain-lain. Mereka rela mempertaruhkan nyawanya menimpin rakyat setempat untuk berjuang menentang dan mengusirpeniaiah Belanda dan tanah airnya. Namun. perlawanan merekabelum matnpu mengusir penjajah Belanda dan buini Nusantana alasannya yaitu perjuangannya secara sendiri-sendiri dan hersifat kedaerahan sehingga sanggup dipatahkan oleh Belanda yang mempunyai sistem persenjataan dan metode berperang yang modern.

Memasuki permulaan kala XX. bangsa Indonesia mengubah cara perjuangannya. Munculnya kaum cendekia Indonesia yang tampil memimpin usaha rakyat Indonesia dalam melepaskan din dan belenggu penjajahan Belanda. sudah membawa peruhahan terhadap sistem dan struktur penlawanan. Kali ini perlawanan tidak lagi memakai kekerasan senjata dan bersifat kedaerahan atau secara sendiri-sendiri, tetapi memakai cara-cara yang lebih modern dan sudah. bersifat pergerakan, nasional.

Tokoh-tokoh kaum cendekia Indonesia rnenggunakan organisasi sosial politik sebagai alat perjuangannya. Melalui organisasi kebangSaan tersebut, rakyat Indonesia dihimpun, dipersatukan dan dibina sehingga menjadi suatu kekuatan yang besar dalam rnenghadapi kaum penjajah Belanda di meja perundingan. Kita mengenal tokoh-tokoh kaum pergerakan nasional yang banyak jasanya terhadap terwujudnya kemendekaan RI, antara lain R. Soetomo melalui organisasi Budi Utomo (1908), H.O.S TjokroaininOtO melalui Sarekat Islam (1912), Cipto Mangunkusumo melalui Indiche Partij (1912), Jr. Soekarno melalui PNI(1927), Kiyai Haji Ahmad Dahian rnelalui Muhammadiyah (1912), Kyai Haji Hasjim Asyani melalui NU (1926), Dr. Satiman melalui Tn Koro Dharmo (1915), Mob. Hatta dan Moh. Yainin melalui Jong SumateaBo1d (1917), Muh. Tabrani, Mob. Yainin, Soegondo, Rohyani dan lain-lain melalui KongreS Pemuda (28 Oktober 1928), Singgih dan kawan-kaWan melalui gerakan Menteng 31(1945), dan usaha Iainnya yang tidak sanggup dijelaskan satu per satu iagi.Mereka secara nrimo berjuang meinimpin rakyat Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan yang puncak perjuangannYa terwujud dalam prokiamasi kernerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.

Jiwa 1945 ialah sumber kehidupan bagi usaha bangsa Indonesia yang benisi kekuatan batin dalam merebut kemerdekaan, menegakkan kedaulatann akyat, serta mengisi dan mempertahankannya Adapun hal-hal yang terkandung dalam jiwa semangat 1945, yaitu sebagai diberikut.
  1. Pro Patria dan Prirnus Patrialis. yaitu selalu mengasihi tanah air dan menlampaukan kepentingan tanah air.
  2. Jiwa solidaritas atau kesetiakaWanan dan sernua lapisan masyarakat tenhadap usaha kemerdekaan.
  3. Jiwa toleransi atau tenggang nasa antaragama suku, golongan dan bangsa.
  4. Jiwa tanpa parnnih dan bertanggung jawaban.
  5. Jiwa katria dan kebemasukan jiwa yang tidak mengandung balas dendam, ibarat perilaku terhadap bekas kaum kooperator (orang yang bekerja sama dengan penjajah) dan bekas gerombolan bersenjata.
Sumber Pustaka: Grafindo Media Pratama

Belum ada Komentar untuk "Perjuangan Kemerdekaan Oleh Para Raja Dan Tokoh Agama Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel