Makna Perumusan Teks Proklamasi

Makna Perumusan Teks Proklamasi


Keberhasilan perumusan teks Proklamasi mempunyai arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Teks Proklamasi ialah pemyataan untuk merdeka atau membebaskan diri dan segala bentuk ikatan penjajahan bangsa lain atas bangsa dan negara Indonesia.

Melalui pernyataan itu sejarah gres bagi bangsa Indonesia mulai dirintis. Pernyataan itu ialah ungkapan seluruh kepahitan, kesengsaraan, dan penderitaan yang sebelumnya dialami bangsa Indonesia. melaluiataubersamaini pernyataan itu, bangsa Indonesia bebas dan segala bentuk penjajahan bangsa lain. Proklamasi ialah jembatan emas yang menghubungkan dan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, kehidupan yang bebas, tanpa tekanan, dan ikatan. Proklamasi ialah permintaan yang bersifat legal (berdasarkan hukum) dan resmi. melaluiataubersamaini proklamasi itu bangsa Indonesia sanggup memilih jalan hidupnya sendiri sesuai dengan harkat dan martabat serta tradisi bangsa Indonesia.



Perumusan teks proklamasi itu sudah mencerminkan kemandirian bangsa Indonesia dalam mencapai impian bangsa yang bebas dan merdeka. Oleh alasannya ialah itu, teks Proklamasi mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, apalagi hal itu sudah berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu gerbang kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan beradab.

Sambutan pada Tingkat Pusat Di ketika fajar tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin bangsa Indonesia keluar dan rumah Laksamana Tadashi Maeda dengan diliputi oleh kebanggaan. Mereka pulang ke rumah masing-masing sehabis berhasil merumuskan teks proklamasi. Mereka sudah setuju untuk melakukan pembacaan teks proklamasi tersebut di depan rumah Jr. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang Jalan Proklamasi, Gedung Perintis Kemerdekaan), pukul 10.30 (waktu Jawa zaman Jepang 10.00 WIB). Sebelum pulang, Bung Karno berpesan kepada para perjaka yang bekerja pada pers dan kantor diberita, terutama B.M. Diah, untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.

Sementara itu, para perjaka tidak pribadi menuju ke rumah masing-masing. Mereka membagi pekeiaan dalam kelompok-kelompok sehingga pembacaan naskah proklamasi sanggup Iebih cepat hingga kepada masyarakat. Di antara kelompok-kelompok perjaka itu ialah kelompok Sukarni yang bermarkas di Jalan Bogor Lama (sekarang Jalan Dr. Saharjo, S.H.). Kelompok itu melakukan rapat belakang layar di Kepu (Kemayoran), kemudian pindah ke Defensielijn Van den Bosch (sekarang Jalan Bungur Besar) untuk mengatur pelaksanaan dan cara penyiaran diberita proklamasi. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan diberita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di samping itu, diberita proklamasi juga disebarluaskan melalui penempelan pamfiet-pamfiet, pengeras suara, pawai kendaraan beroda empat kesegenap penjuru kota. Kemudian secara beranting diberita ml disebarluaskan ke luar kota Jakarta.

Namun, tanpa terduga oleh siapa pun pada han tanggal 17 Agustus 1945 barisan perjaka berbondong-bondong hadir ke Lapangan Ikada (di sudut tenggara Lapangan Monumen Nasional yang sekarang). Rupa-rupanya pihak Jepang sudah mencium kegiatan para perjaka malam itu. Karena itu, tentara Jepang berusaha untuk menghalang-halangjnya dengan menjaga Lapangan Ikada. Para perjaka hadir ke Lapangan Ikada alasannya ialah informasi yang disampaikan secara beranting (dan verbal ke mulut) bahwa upacara proklamasi akan dilaksanakan di lapangan itu. Ternyata Proklamasi dilaksanakan di depan kediaman Jr. Soekanno sehabis menghindari banyak sekali kemungkinan jelek yang sanggup terjadi.

Pemimpin Barisan Pelopor, Sudiro, pergi ke Lapangan Ikada. Sesudah melihat bahwa daerah itu dijaga ketat oleh pasukan Jepang, Sudiro segera melaporkan keadaan tersebut kepada dr. Muwardi (Kepala Keamanan Jr. Soekarno). Ia menerima penjelasan, proklamasi tidak dilaksanakan di Lapangan Ikada, melainkan di depan rumah kediaman In. Soekarno. Sudiro segera kembali ke Lapangan Ikada untuk membenitahukan pana anak buahnya.

Sejak pagi han, numah Jr Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 dipadati oleh massa perjaka yang berbaris secana teratun dan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi meminta kepada beberapa orang anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitan rumah Jr. Soekarno dan juga dimenolong pasukan yang dipimpin Cudanco Anifin Abdurrahman.

Sementara itu, banyak sekali macam persiapan dilakukan di rumah kediaman Jr. Soekarno untuk upacara proklamasi itu sebagaimana telati disahkan tiruanla. Pana pemimpin bangsa Indonesia menjelang pukul 10.00 sudah berhadiran ke Pegangsaan Timur. Di antara mereka ialah dr. Buntaran Martoatmodjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. Latuharhary, Abikusno Tjokrosuyoso, Anwar Tjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, Sayuti Melik, Pandu Kartawiguna, M. Tabrani, dr. Muwardi, A.G. Pringgodigdo dan lain-lain. Bung Hatta hadir lima menit sebelum acàra dimulai. Ia pribadi menemui Jr. Soekarno, dan sehabis dibukakan pintu pribadi bertanya “Apa Bung karno sudah siap?” Kedua pemimpin itu mengangguk kemudian keluar bahu-membahu menuju daerah yang tersedia, diiringi oleh Nyonya Fatmawati Soekarno.
Sumber Pustaka: Erlangga

Belum ada Komentar untuk "Makna Perumusan Teks Proklamasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel