Cerpen Tangisan Rindu

Cerpen: Tangisan Rindu

Disudut sela-sela kerinduanku sekarang saya bardiri sendiri berteman sepi, tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan ketika saya terjatuh menyerupai ini. Aku hanya insan hina disekeliling mereka hingga kedua orang tuaku pun seolah tak mengakui sebab sebuah cinta yang tumbuh dihatiku.

Antara ta’dzim kepada orang bau tanah dan gejolak hatiku,hubungan yang berjalan 5tahun lebih ku pertahankan sekarang nampak begitu terang hancur tak ada harapan lagi. Mulutku diam tak bisa berkata apa-apa.. Hidup dirumahpun seolah hanya terasa bahwa inilah neraka dunia bagiku.

Ya Allah tunjukkan keadilan bagiku,setiap hari hanya merenung disudut ghurfah hijauku, disinilah saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan kesepian.

“Araaaaaa,,,,,,,,,,,,!!!!! Bukan kah hari ini kau ada kuliyah sore?” ibu mengingatkan ku dengan gaya bahasa yang tinggi bertanda dia sangat begitu kesal terhadapku. Aku semakin tak tahan dengan perilaku ibu. Tanpa terasa dalam keadaan setengah sadar begitu saja saya menjawab ibu dengan ketus “Apa dengan saya kuliyah ibu akan menunjukkan restu akan cintaku kepadanya, tidak kan bu,,,?” sontak saja ibu tambah tersulut kemarahan atas jawabanku
Yaa,,,,,,, hanya buku yang menjadi daerah pelampiasanku
“putih,,,,,aku membutuhkanmu. Putih entah apa yang harus saya lakukan lagi, saya tak tahu malam ini hanya angin yang bisa menulis rintihan hatiku dari bibirku yang begitu kelu, rembulan malam ternyata mengiringi kegelisahan hatiku....

 “saat ini berjuta dongeng telah tertulis,beribu kisah tak bisa lagi saya uraikan satu persatu, hatiku tak bisa lagi luluhkan orang tuaku.apa saya salah kalau saya jatuh cinta? Jatuh cinta kepada dia seseorang yang begitu istimewa bagiku, ya Allah  apa saya salah kalau menyayangi seseorang yang mempunyai kecintaan yang luar biasa kepadamu?Kenapa harus engkau limpahkan rizki yang lebih kalau hanya menjadi penghalang cintaku kepadanya, apakah harta menjadisebuah tolak ukur sebuah kecocokan? Bukankah agamamu memerintahkan bagi umatnya untuk menentukan pasangan yang sesuai dengan kreteria agaamu yang mempunyai keindahan agama

Kuliyah hari ini hingga sore biasanya malam gres hingga dirumah namun apa yang saya dapat? “Apakah benar itu ibu?”sesekali ku perhatikan lagi, ternyata mataku tak salah melihat itu ibuku siapa lelaki itu? Ya ALLAH itu bukanlah ayah kemudian siapa dia? Kenapa dia bermesra-mesraan dengan ibuku, Astaghfirullah,,,,,,!!!!!!

Tangisku semakin menjadi,sakit ini semakin memuncak sesudah kutemukan lembaran kertas di bawah pintu rumahku,yang membuatku teteskan air mata
“kusapa engkau dengan cintaku wahai kekasihku,,,,,
Maafkan saya kalau cara ini salah,maaf untuk salah atas tak bisa berbuat apa-apa disaat engkau menyerupai ini, saya harapa engkau percaya atas rasa yang ada hingga ketika ini,tak berubah sedikitpun  rasaku atas insiden ini saya hanya percaya kepada Allah kalau memang cinta ini baik untuk kita untuk agama dan keluarga kita niscaya kita akan diperjodohkan dalam keadaan apapun.

cinta yang ada demi cinta kepadaNya. Malam ini ketika engkau membaca goresan pena ini  mungkin saya sudah tidak baerada di  indonesia lagi,aku harus pergi ke yaman untuk studiku,maafkan saya sebab saya tak banyak waktu untuk berpamitan eksklusif kepadamu saya harap engkaupun mengerti sebab selama 5 tahun inipun kita jarang bertemu, saya akan kembali nanti ketika saya sudah mapan dan saya akan meminangmu untuk engkau menjadi yang halal seutuhnyas,tetaplah menjadi perempuan yang saya banggakan perempuan yang selalu mengingatkanku ketika saya salah dan perempuan yang menyemangatiku ketika saya lemah,ingat sayang kita mempunyai kimpian bahwa cinta ini harus menjadi inspirator dan juga motifator untuk kimenggapai cintaNYa.

Aku meniggalkan sesuatu kepadamu zahra ku,kutitipkan kepada saudara perempuanku.Semoga Allah selalu memayungimu dengan keridhaan  amin,,,,,
Aku diam begitu saja igin saya hentikan jantungku tuk sekejap biar tak mencicipi hal yang menyerupai ini. Ya Allah haruskah saya berkata engkau Tuhan yang tak adil untuk hambamu namun saya akan menjaga lisanku untuk tidak berkata demikian.

“zahraa....., “ ibu memanggilku dengan rasa kaget dia pulang bersama lelaki tadi yang ku lihat sambil dirangkulnya. “kapan kau pulang ra,,,,,?
Aku hanya diam saja,dan bertanya
“tadi itu siapa bu?”
“itu tadi sobat ibu ra,,,
“apa ibu bilang,temaannnn??? kalau sobat kenapa tadi ibu bermesraan dengan dia, apa ibu pernah berfikir bagaiman perasaan ayah? Aku aib mempunyai ibu sepertimu”
Pakkkkk...!!!tamparan ibu melayang dipipiku begitu saja “ngomong apa kamu????“
“Ara berbicara kenyataan”
“tahu apa kau wacana ibu?
Dengan isak tangisku saya memberanikan melawan ibu sebab sebuah kebenaran “aku muak dengan ini semua bu,cintaku tak engkau restui dan engkau berselingkuh dengan orang lain disela-sela ayah jauh dari kita,aku juga insan punya perasaan bu,aku bukan boneka”
“Araaaa,,,,, dengarkan ibuuu!!!
Aku hanya berlalu pergi ke kamar
Ku sambut pagi dengan mencoba memaksakan diri untuk jalani hari dengan senyum walau hakikatnya hati ini tersakiti, saya bergegas keluar dan ku lihat pria itu tiba lagi kerumah sepagi ini.

“ngapain kau kesini ada keperluan apa dengan ibuku?.
“Araaa,,,,,!!! bicara apa kau ini?
“hey,,,, lelaki yang tak tahu diri saya muak melihatmu bisakah engkau angkatkan kakimu dari rumah  ini?tanyaku dengan kesal.

“Araaaa, ibu tak pernah mengajarimu untuk kurang ajar....!!!!!
“Ibu memang tak pernah mengajariku menyerupai itu tapi ibu yang menciptakan saya menyerupai ini, kalau ibu lebih berat melepas pria itu Ara yang akan pergi dari rumah
” Dihalaman rumah nampak seorang gadis berjilbab terlihat begitu bagus dengan balutan busana berwarna biru, ku perhatikan dengan terang itu yaitu Aisya keponakan mas Zaky. Dia mengucapkan salam kepadaku dengan senyum yang begitu meneduhkan hati dengan kelembutan suaranya.

“Assalamu’alaikum mbak Ara,,,,,,,”
“Wa’alaikum salam Aisya, bagus sekali kamu  sya,,,,”
Dengan senyum indahnya Aisya berkata “terimakasih mbak......”
“Ada keperluan apa sya?” tanyaku heran
“Begini mbak, Aisya dapat  amanah dari mas Zaky untuk menunjukkan ini kepada mbak Aisya
“Apa ini sya,,,,,?” tanyaku heran
“Dibuka saja mbak, mas Zaky hanya berpesan ini disuruh memberikan kepada mbak Ara dan disuruh memintakan maaf mbak Ara sebab tidak bisa menunjukkan secara langsung, dan ini surat dari mas Zaky” Ku buka kotak kecil itu dan ternyata berisi cincin yang terukir namaku dan nama mas Zaky, ku baca isi amolop itu dan saya begitu merasa tersanjung sekali dengan perlakuan mas Zaky terhadapku meskipun tidak secara eksklusif ia menunjukkan sendiri.

“Aku berjanji untuk kembali kepadamu zahraku, dan  ingim emgkau mejadi  yang halal bagiku tetaplah bersabar menantiku dan semoga Allah memberi jalan untuk cinta ini, saya ingin emgkau memakainya hingga nanti ketika saya pulang dan melihat jari manismu terlingkari oleh cincin itu. Dan ingatlah sayang kita mempunyai angan yang begitu mulia dari cinta kita cinta yang semoga menjadi inspirator dan motifator untuk menggapai cintaNya, tetaplah menjadi bunga hatiku dan pancarkan senyum manismu, senyumlah untuk duni dan cinta kita sebab senyummu yaitu paru-paruku”
Aku peluk Aisya untuk meluapkan kegembiraanku, saya begitu bersyukur mempunyai kekasih menyerupai dia.
Malam ini saya tak tahu harus kemana ku langkahkan kakiku sebab saya tak ingin pulang kerumah saya masih kecewa dengan ibu. Kembali jantungku berpacu kencang mataku kembali lagi melihat ibuku yang kembali berulah dengan laki laki lain.

Ibu nampaknya melihatku diseberang jalan, hatiku hancur tak tahu harus berbuat apa,aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Allah didadaku dan itulah yang selalu diajarka oleh mas Zaky masih begitu terang terdengar ditelinga perkataannya ketika ia menyemangatiku “Laa tahzan, Innaallaha Ma’ana” .
Sesekali terdengar angin begitu kencang dan hujan yang begitu lebat ibu nampak mengikutiku tapi tak ku hiraukan sama sekali, tak kusdari ternya ada kendaraan beroda empat yang melaju begitu kencang dari belakangku.
“Araaa,,,,,,,awas nak.......!!!!” teriak ibu begitu kencang. Dan gres saja ku membalikkan badan.
“braakkkkkkkk.........!!!!” kendaraan beroda empat yang berlaju kencang menabrak tubuh kecilku dan membuatku tak sadar diri.
Ketika ku buka mata ternyata saya sudah ada di Rumah Sakit,rasanya nafasku begitu sesak.

“nak maafkan ibu,,,,”
“Ara yang minta maaf bu, ara minta ridha dari ibu kalau akhir-akhir ini ara selalu menentang dan membantah ibu, bu,,,,, boleh ara minta tolong kepada ibu?”
“iya nak, Ara minta tolong apa?”
“ Ini cincin adlah dukungan mas Zaky ,saat ini dia ada di Yaman untuk belajar, dan dia berjanji kepada Ara untuk meminang Ara ketika ia hingga di Indonesia, jangan kasih tahu apapun tapi sampaikan dan berikan cincin ini kepadanya”
“cincin dari Zaky?” tanya ibu heran.
“iya bu,,,, itu cincin dari Zaky, lelaki yang engkau wacana cintanya untukku,dia berjanji kepadaku menimbulkan saya perempuan yang halal baginya, saya ingin di yang jadi imamku bu,,,,” ibu hanya menganggukkan kepala tanda setuju,namun saya memastikan kembali.

“Aku minta restu ibu,,, saya ingin senang bersamanya”
“Jika itu membuatmu senang ibu tak bisa mengahalangi cintamu nak, cinta kalian begitu kuat”
“Terimaksih bu, sampaikan maaf Ara untuk ayah,dan tolong katakan kepada mas Zaky ketika kelak ia tiba kerumah untuk meminangku katakan kepadanya saya menantinya disurga membawa cinta yang dulu kita bina di dunia cinta yang menjadi inspirator dan motifator untuk menggapai cintaNya, sekarang kan kubawa cinta itu mengahadapNya”

“Ara,,,, kau ngomong apa nak jangan nglantur menyerupai itu,,,,”jawab ibu.
Nafasku begitu sesak senyum terakhir ku pancarkan dan tiba-tiba lantunan syahadat yang menjadi kata terakhirku membawa cinta kepadaNya “asyhadu anlaa ilaaha illaallah, wa asyhadu anna muhammadarrasulullah.....” ku pejamkan mataku dengan cinta untuk selama-lamanya.

By : Nur hidayah

Belum ada Komentar untuk "Cerpen Tangisan Rindu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel