Peninggalan Kerajaan Islam Dan Rujukan – Contohnya

Peninggalan Kerajaan Islam dan Contoh – Contohnya
Islam tersebar di aneka macam kawasan di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu sanggup dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang mempunyai pengikut paling besar di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis sanggup dilihat pada budaya dan tradisi yang telah usang hidup dan berkembang pada masyarakat. Peninggalan Islam yang sanggup kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam sanggup kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.[3]

a. Peninggalan dalam Bentuk Bangunan

Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana / keraton, dan makam (nisan).

1) Masjid

Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di aneka macam daerah.

Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun erat istana. Alun-alun ialah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.

     Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.

Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap candi yang denahnya bujur kandang dan selalu bersusun serta puncak stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian, masjid dengan

bentuk menyerupai ini menerima efek dari Hindu-Buddha.

     Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia mempunyai menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang mempunyai bentuk dan struktur bangunan yang menyerupai dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul mempunyai fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi gosip atau tanda kepada masyarakat mengenai aneka macam hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.

     Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, sanggup kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut.

(1) Masjid Banten (bangun beratap tumpang)

(2) Masjid Demak (dibangun para wali)

(3) Masjid Kudus (memiliki menara yang bangkit dasarnya serupa meru)

(4) Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)

(5) Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)

(6) Masjid renta di Kotawaringin, Kalimantan Tengah (dibangun ulama penyebar siar pertama di Kalteng)

(7) Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)

2) Makam dan Nisan

     Makam mempunyai daya tarik tersendiri alasannya ialah merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya mempunyai kerikil nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya kerikil nisannya pun mempunyai nilai budaya tinggi. Makam yang populer antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.

     Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.

     Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam sanggup kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.

(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)

(2) Makam Walisongo

(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)

(4) Makam Raja Gowa

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan sanggup kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut.

(1) Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat kerikil nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan perihal meninggalnya seorang wanita berjulukan Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);

(2) Di Sumatra (di pantai timur bahari Aceh utara) ditemukan kerikil nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);

(3) Di Sulawesi Selatan, ditemukan kerikil nisan Sultan Hasanuddin;

(4) Di Banjarmasin, ditemukan kerikil nisan Sultan Suryana Syah; dan

(5) Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.


b. Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni

     Peninggalan Islam sanggup juga kita temui dalam bentuk karya seni menyerupai seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini sanggup dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, contohnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat goresan pena berupa huruf arab-melayu, yaitu goresan pena arab yang tidak menggunakan tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).

     Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi ialah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi sanggup ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.

     Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab.

Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang populer ialah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir.

Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.

     Hikayat ialah karya sastra yang berisi dongeng atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.

     Suluk ialah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.

     Babad ialah dongeng sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.

     Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.


c. Peninggalan dalam Bentuk Adat

1.  Ziarah

     Yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, contohnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melaksanakan aneka macam kegiatan. Kegiatan tersebut ialah membaca Al Alquran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan impian memperoleh firasat dalam mimpi.

2.  Sedekah

     Acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk insiden bangga disebut syukuran. Sedekah untuk insiden sedih atau meminta perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.

3.  Sekaten

     Yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

4.  Upacara

     Gerebeg, upacara ini hanya dilakukan oleh Sultan / Sunan. Apabila dilihat dari tinjauan perayaan dan waktunya merupakan budaya Islam, tetapi pemakaian gunungan serta iringan gamelan merupakan budaya sebelumnya. Kenduri oleh Sultan tersebut dikeramatkan oleh sebagian penduduk yang yakin bahwa barokahnya sangat besar. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan animisme-dinamisme masih ada dalam masyarakat. Hal ini diperkuat dengan bersamaan waktunya dilakukan upacara pencucian barang-barang pusaka keraton menyerupai senjata dan kereta. Upacara demikian diselenggarakan di Cirebon bertempat di kerajaan kasepuhan dan Kanoman yang dikenal sebagai panjang jamat, di kasultanan Yogyakarta untuk meminta berkah

d. Peninggalan dalam Bentuk Tata Negara dan Hubungan Masyarakat

1.  Sistem pemerintahan

     Sejalan dengan perkembangan melemahnya kekuasaan Sriwijaya, maka pedagang-pedagang Islam yang mungkin disertai para mubalig menggunakan kesempatan untuk memperoleh laba dagang dan politik. Mereka mendukung berdirinya daerah-daerah yang menyatakan dirinya bercocok Islam contohnya Samodra Pasai dan merupakan  salah satu kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pertumbuhan kerajan Islam semakin pesat  sesudah runtuhnya Majapahit dan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511. Kerajaan-kerajaan Islam pada umumnya tumbuh dan berkembang di kawasan pantai, contohnya Demak, Gresik,  Tuban, Jepara, Pasuruan, Surabaya, Banten dll.

2.  Sosial masyarakat

     Keadaan sosial masyarakat sebelum Islam masuk menggunakan tradisi budaya pra-Hindu ada kecenderungan hanya menyentuh kelompok para raja  dan para bangsawan. Terlebih-lebih masyarakat pedesaan hidupnya tetap sebagai petani sedangkan masyarakat yang ada di kawasan pantai tetap sebagai pedagang. Karena efek Islam masuk melalui jalur perdagangan, maka kawasan pantailah yang mengalami perubahan menjadi pelabuhan dagang atau kota dagang. Dalam masyarakat kota, baik kota pelabuhan maupun kota kerajaan sanggup digolongkan menjadi empat golongan yaitu:

    Golongan raja dan keluarganya
    Golongan Elite, yaitu sekelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan terkemuka di lingkungannya dan mempunyai martabat tinggi. Mereka terdiri dari golongan bangsawan, priyayi, tokoh agama.
    Golongan non Elite, yaitu golongan masyarakat yang jumlahnya terbesar atau merupakan rakyat kebanyakan. Mereka terdiri dari para petani, pedagang, nelayan, seniman, prajurit dan sebagainya.
    Golongan hamba sahaya, kelompok ini ialah kelompok masyarakat paling bawah disebut juga budak. Mereka mempunyai kedudukan ini alasannya ialah beberapa faktor antara lain: seseorang yang tak bisa membayar hutang maka mereka menyerahkan kelurga ataupun dirinya untuk menjadi budak, para tawanan perang, dan diperoleh dari perdagangan budak.

     Pendidikan Agama Islam pada masa ini telah dijarkan pada anak-anak, dimana pada sore hari mereka diberikan pendidikan mengaji. Anak-anak tiba kepada orang yang telah fasih membaca Al Alquran untuk berguru membaca. Masa ini juga dikenal dengan pondok pesantren yang mempunyai 3 elemen yaitu guru kyai, santri, dan masjid. Mereka berguru yang berguru pesantren dibedakan atas dua macam. Pertama santri kalong yaitu santri tempat guru lansung dari rumahnya alasannya ialah jaraknya dekat, kedua santri mukim mereka ialah belum dewasa cukup umur yang alasannya ialah tinggalnya jauh dari guru mengaji maka beliau menetap di lingkungan pondok pesantren.
Yang terakhir ialah yang paling berkesan alasannya ialah mereka lebih banyak menggunakan wantu untuk  berguru di pesantren. Pengajaranya dilakukan dengan dua sistem yaitu sorongan dan bandongan. Sorongan ialah apabila seorang santri secara individual berguru pada kyai, ustadz, tertentu atau santri senior untuk membaca kitab agama, baik untuk tahap pengenalan atau pedalaman. Dalam sistem bandongan atau weton para santri berguru dari kyai atau ustadz. Mereka membentuk sebuah kelompok yang mengelilingi kyai atau ustadz yang membaca, menterjemahkan dan menjelaskan kitab agama tertentu dan secara berangsur sistem yang digunakan mengarah pada sistem klasikal dimana seorang ustadz menghadapi sekaligus santri dalam ukuran kelas.

Belum ada Komentar untuk "Peninggalan Kerajaan Islam Dan Rujukan – Contohnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel